Notifikasi

Loading…

Cara Membuat Banten Pekideh



Pada zaman dahulu belum dikenal adanya sebutan banten melainkan masih dalam bentuk upakara yang dipakai sebagai saranan upacara yang awalnya hanya terbatas bagi para pengikut saja namun lama kelamaan semakin berkembang hingga ke penduduk wilayah lainnya. Jenis upakara yang dipakai tersebut memakai bahan baku berupa bunga, daun, air, buah serta api yang kemudian disebut Bali. Hal inilah yang membuat para pendudukan yang melakukan pemujaan memakai sarana upakara disebut dengan orang-orang Bali. Sehingga bisa dikatakan bahwa orang-orang Bali asal mulanya merupakan penduduk Taro. 
Lama kelamaan ajaran tersebut berkembang hingga ke seluruh pulau hingga pulau tersebut dinamakan Pulau Bali yang kala itu artinya pulau yang dihuni oleh orang-orang Bali. Namun secara lebih jelasnya, penduduk di pulau tersebut melaksanakan pemujaan memakai sarana upakara Bali. Kemudian sarana upakara tersebut berubah nama menjadi Banten yang berasal dari kata wanten yang berarti wantu atau bantu. Sehingga bisa disimpulkan bahwa banten merupakan alat bantu di dalam pemujaan atau simbol keagamaan. 
Dalam melaksanakan ajaran agamanya, agama Hindu menggunakan empat jalan antara lain Bhakti Marga, Jnana Marga, Karma Marga dan Raja Marga. Untuk tahap apara bhakti pemujaan memang menggunakan berbagai alat bantu seperti banten dan jenis upakara lainnya. Biasanya di Bali keempat marga tersebut dilaksanakan sekaligus ke dalam bentuk upacara agama memakai sarana banten yang memakai bahan pokok seperti bunga, daun, air dan api. Dimana masing-masing sarana tersebut mempunyai makna yang begitu penting bagi upacara agama Hindu di Bali. 
Karena begitu sakralnya makna banten sehingga Yadnya Prakerti menyebutkan bahwa mereka yang membuat banten harus bisa berkonsentrasi untuk siapa banten tersebut akan dipersembahkan. Selain itu pembuat banten harus sudah mensucikan diri melalui upacara pawitenan. Tujuannya supaya pembuat banten tahu tata cara serta aturan dalam pembuatan banten tersebut. 
Saat membuat banten dengan kesucian maupun kedamaian hati yang selalu terjaga. Misalnya dengan memakai pakaian yang sopan, tidak mengeluarkan kata yang kasar, tidak sedang cuntaka, tidak sedih, tidak menggaruk-garuk badan dan lain sebagainya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa saat membuat banten maka kondisikan dalam situasi yang sakral, suci, penuh konsentrasi, kasih sayang dan rasa bhakti pada Hyang Widhi. 
Berkaitan dengan pembuatan banten yang harus benar-benar diperhatikan situasinya maka hal tersebut berlaku untuk pembuatan berbagai jenis banten termasuk salah satunya adalah banten pekideh. Dimana jenis banten ini ternyata setiap daerah menyebutnya dengan istilah yang berbeda yaitu banten danan atau banten nasi. Meskipun berbeda tetapi cara pembuatan dan bahan banten ini tetaplah sama. Pembuatan banten ini dimulai dengan mempersiapkan ceper yang terbuat dari janur muda ataupun janur tua tetapi biasanya masyarakat sering menggunakan janur tua. 
Selanjutnya persiapkan isi banten yang terdiri dari uyang. Adapun bahan uyang tersebut adalah tape, jaja uli, bantal, pisang disisir, jaja gina, tebu dipotong kecil, kacang yang diwadahi celemik, dua tumpeng kecil dan saur. Kemudian letakkan semua bahan di dalam ceper dan siapkan plaus yang dipakai adalah jenis plaus sederhana. Letakkanlah plaus tersebut di atas banten maka banten kini sudah siap dihaturkan untuk persembahyangan. 
Itulah tadi penjelasan mengenai cara membuat banten pekideh yang bisa menambah wawasan anda. Melalui informasi di atas tentu kini anda bisa tahu pembuatan pekideh dan bahan-bahan yang dipergunakan. Jangan sampai ada bahan yang ketinggalan sebab masing-masing bahan mempunyai makna dan fungsi tersendiri.