Merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan Bersama Masyarakat Lokal - Payana Dewa
Notifikasi

Loading…

Merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan Bersama Masyarakat Lokal

Bali bukan hanya tentang pantai-pantai yang indah dan kegiatan-kegiatan wisata lainnya, tetapi juga tentang tradisi dan upacara yang masih dijaga hingga saat ini. Dua hari raya yang penting dalam agama Hindu di Bali adalah Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Galungan dirayakan setiap 210 hari sekali dan dianggap sebagai waktu ketika roh nenek moyang kembali ke dunia dan dipuja. Kuningan diadakan sepuluh hari setelah Galungan dan juga dianggap sebagai hari suci.

Kedua upacara ini memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Bali dan seringkali menjadi objek wisata budaya yang menarik bagi para wisatawan yang ingin mempelajari kebudayaan Bali secara lebih dalam.

Hari Raya Galungan dan Kuningan

Asal Usul Hari raya Galungan dan Kuningan

Menurut kepercayaan Hindu di Bali, asal usul upacara Galungan berasal dari kisah legendaris yang dikenal sebagai "Perang Bubuk dan Bawang".

Kisah ini bercerita tentang perjuangan para dewa melawan kejahatan yang diwakili oleh raja iblis bernama Mayadanawa. Dewa-dewa tersebut diwakili oleh Sang Hyang Semara dan istrinya, Sang Hyang Durga. Setelah berhasil mengalahkan Mayadanawa, Sang Hyang Semara dan Sang Hyang Durga memutuskan untuk tinggal di Bali dan mengajarkan agama Hindu.

Upacara Kuningan juga memiliki kisah legendaris yang mirip dengan Galungan. Menurut cerita, Dewa Wisnu ingin menunjukkan kekuatannya kepada para dewa lainnya dan menciptakan seekor burung bernama Jatayu.

Namun, Jatayu berusaha untuk mencuri minyak suci dari Dewa Indra, dan akhirnya ditaklukkan. Akan tetapi, karena keberanian dan kegigihan Jatayu, Dewa Wisnu memerintahkan agar upacara Kuningan diadakan setiap tahun untuk menghormatinya.

Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari mitologi dan kepercayaan Hindu di Bali, dan upacara Galungan dan Kuningan menjadi cara untuk mengenang para dewa dan memperkuat hubungan antara manusia dengan alam semesta. 

Makna Upacara Galungan dan Kuningan

Makna Hari raya Galungan

Upacara Galungan dan Kuningan memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Bali yang menganut agama Hindu. Galungan sendiri bermakna sebagai waktu ketika roh nenek moyang kembali ke dunia dan dipuja. Oleh karena itu, Galungan dijadikan sebagai waktu untuk mempererat hubungan antara manusia dengan roh nenek moyang serta dengan alam semesta. Selain itu, upacara ini juga dianggap sebagai momen untuk memohon keberkahan dan keselamatan dari para dewa.

Makna Hari raya Kuningan

Kuningan, upacara yang diadakan sepuluh hari setelah Galungan memiliki makna menghormati dan memberikan penghormatan kepada para dewa dan roh nenek moyang yang telah meninggalkan dunia.

Upacara ini juga dianggap sebagai momen untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi keluarga dan masyarakat.

Kegiatan yang bisa dilakukan wisatawan saat Upacara Galungan dan Kuningan

Saat upacara Galungan dan Kuningan, wisatawan yang berkunjung ke Bali bisa merasakan suasana yang unik dan menarik. Namun, sebagai wisatawan, kita juga perlu menghormati upacara dan tidak mengganggu jalannya acara tersebut.

Berikut beberapa kegiatan yang bisa dilakukan oleh wisatawan saat upacara Galungan dan Kuningan:

Mengunjungi Pura

Wisatawan dapat mengunjungi pura-pura di Bali, khususnya pada saat Galungan dan Kuningan. Pada hari Galungan, Pura di Bali akan dihiasi dengan berbagai macam penjor, yaitu bambu yang dihias dengan berbagai macam buah-buahan dan bunga.

Sementara pada hari Kuningan, Pura akan dihiasi dengan dupa dan persembahan-persembahan lainnya.

Menyaksikan Prosesi upacara adat

Wisatawan juga bisa menyaksikan prosesi upacara Galungan dan Kuningan. Prosesi ini biasanya diawali dengan pemotongan ayam, yang melambangkan pengorbanan. Kemudian, para pemuka agama akan memimpin doa-doa dan ritual-ritual khusus lainnya.

Mencicipi Makanan Khas 

Selama upacara Galungan dan Kuningan, terdapat berbagai macam hidangan khas Bali yang bisa dicicipi oleh wisatawan. Salah satu hidangan yang khas pada saat upacara Galungan adalah nasi kuning, yang merupakan simbol dari keberuntungan.

Sedangkan pada saat Kuningan, hidangan khas adalah lawar, yaitu campuran daging dan sayuran yang dimasak dengan bumbu khas Bali.

Namun, perlu diingat bahwa selama upacara Galungan dan Kuningan, ada beberapa aturan dan tata cara yang harus diikuti oleh wisatawan. Misalnya, wisatawan sebaiknya mengenakan pakaian sopan dan tidak memotret atau merekam prosesi dengan kamera atau smartphone.

Dengan menghormati upacara dan aturan yang berlaku, kita dapat menikmati pengalaman yang unik dan autentik dari budaya Bali.

Penutup

Nah itulah beberapa hal menarik terkait dengan tradisi lokal di Bali yakni upacara Galungan dan Kuningan. Panorama indah serta tradisi yang kental menyajikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan saat berkunjung ke Pulau Dewata ini. Tertarik? Yuk Wisata Ke Bali dan rasakan sensasinya.

Post a Comment