Notifikasi

Loading…

Menelusuri Keunikan Adat Istiadat Bali yang Masih Bertahan Hingga Kini

Tahukah kamu? Bali atau Pulau Dewata terkenal di mancanegara bukan hanya karena keindahan alam semata. Keunikan Adat istiadat Bali pun turut andil menjadikan Bali populer di kalangan wisatawan mancanegara.

Keunikan adat istiadat Bali yang tidak dapat ditemukan di tempat lain menjadi daya tarik para wisatawan. Di tengah modernisasi, Adat istiadat di Bali tetap terjaga hingga kini. Adat tersebut diwariskan dan dilestarikan dari generasi ke generasi.

Suguhan atraksi keunikan adat istiadat Bali dapat dinikmati para wisatawan saat berkunjung ke pulau Dewata.

adat istiadat bali

Upacara Adat, Bagian dari Keunikan Adat Istiadat Bali

Walaupun termasuk pulau terpopuler untuk wisata Mancanegara, Bali tidak lantas melupakan identitas mereka. Masyarakat Bali, secara teguh memegang adat istiadat dan melakukan upacara-upacara adat.

Upacara-upacara Adat bahkan sudah menjadi bagian dari wisata. Ya, banyak para wisatawan yang sengaja menjajal Bali untuk menikmati keindahan alam plus atraksi adat istiadat yang tertuang dalam upacara ritual.

Berikut beberapa ritual yang merupakan bagian dari keunikan adat istiadat Bali:

Upacara Ngaben, sebuah tradisi keunikan adat istiadat Bali dalam ritus pembakaran jenazah

Upacara ngaben merupakan ritual keagamaan terkait prosesi penanganan jenazah. Umat Hindu membakar mayat atau melakukan kremasi jenazah, serangkaian proses tersebut dinamakan upacara ngaben.

Arti dari ngaben adalah wujud keikhlasan dari keluarga yang ditinggalkan untuk melepas roh dari jasad ke tempat asalnya.

Melasti, mensucikan diri jelang Hari Raya Nyepi

Sebelum puncak hari raya nyepi, umat Hindu di Bali melakukan ritual melasti. Tujuan dari Melasti adalah sebagai penyucian diri dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka. Biasanya warga Bali yang beragama Hindu akan melakukan melasti di Tirta Amerta untuk menghanyutkan kotoran fisik dan membersihkan diri menjelang hari raya Nyepi.

Pengerupukan, keunikan adat istiadat Bali menjelang Hari Raya Nyepi

Menjelang nyepi terdapat beragam ritual unik yang dilakukan, salah satunya adalah pengerupukan. Ngerupuk merupakan rangkaian dari upacara Nyepi yang bertujuan untuk mengusir Buta Kala atau kejahatan yang dilakukan sore hari. Ritual ini dilakukan sehari menjelang hari raya nyepi yang biasanya ditandai dengan pawai ogoh-ogoh.

Upacara Nyepi, Menyepi pada Hari Raya Nyepi

Nyepi merupakan hari raya besar bagi umat Hindu. Berbeda dengan hari raya lain yang biasa dirayakan dengan semarak, hari raya nyepi justru dilakukan dalam keheningan sesuai dengan namanya, Nyepi.

Pada hari raya Nyepi, masyarakat Bali terutama penganut agama Hindu akan mulai menyepi selama 24 jam dari mulai pukul 06.00 hingga 06.00 esok harinya.

Pada saat hari raya tersebut diamalkan Catur Brata Penyepian atau empat pantangan penyepian. Catur Brata penyepian terdiri dari Amati Karya atau tidak bekerja, Amati Geni atau tidak menyalakan lampu atau api, Amati Lelungan atau tidak bepergian, dan Amati Lelanguan atau yang mengartikan tidak boleh bersenang-senang atau berfoya-foya.

Omed-omedan, Keunikan Adat Istiadat Bali setelah Nyepi

Masyarakat Bali memiliki tradisi unik pada Hari pertama setelah nyepi atau dikenal sebagai Ngambek Geni. Tradisi ini adalah omed-omedan.

Omed-omedan hanya tidak boleh dilakukan oleh orang-orang yang telah memiliki pasangan, alias ritual ini hanya khusus untuk kaum single saja ya!

Ritual omed-omedan memberikan keleluasaan para pasangan muda-mudi untuk saling tarik menarik dan berciuman. Tradisi yang dilakukan setelah hari raya Nyepi ini merupakan bentuk suka cita.

Namun, tidak semua daerah di Bali menerapkan tradisi ini.

Sementara ini, wilayah yang masih melaksanakan tradisi Omed-omedan adalah daerah Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar, Bali.

Galungan dan Kuningan

Upacara Galungan dan kuningan merupakan upacara yang paling diminati oleh wisatawan. Hari besar ini dirayakan setiap 210 hari sekali, biasanya ditandai dengan pemasangan penjor atau janur kuning sepanjang jalan menuju tempat sesaji atau banten.

Hari raya Galungan dan Kuningan pun dijadikan even untuk beribadah bersama dengan keluarga. Umat Hindu pada saat Galungan dan Kuningan biasanya mengenakan pakaian adat Bali dan berbondong-bondong sembahyang ke Pura.

Pada saat hari raya Galungan dan Kuningan, para warga akan membuat makanan khusus yang hanya tersedia pada saat ritual keramat. Makanan khusus tersebut adalah lawar dan sate

Lawar merupakan panganan khas ritual masyarakat Bali yang terdiri dari campuran sayuran dan daging ayam, kerbau, babi atau bebek yang di cincang. Proses pembuatan lawar atau ngelawar menyimbolkan kebersamaan dan gotong royong.

Post a Comment