Sisi Lain Bali: Komunitas Bali Aga dan Budaya Sasak
Bali Aga merupakan suku asli yang mendiami Pulau Bali di daerah pegunungan. Bali Aga sangat jauh akan pengaruhnya dari Majapahit sehingga ia mampu mempertahankan tradisi dan budayanya yang begitu kental dan ketat.
Sedangkan Sasak merupakan suku Bali yang mendiami Pulau Lombok, NTB. Sistem budaya Suku Sasak ter-dokumentasikan dalam Kitab Negara Kertagama karangan Empu Nala dari kerajaan Majapahit.
Silsilah dan Sejarah Bali Aga dan Budaya Sasak
Dalam Kitab Negara Kertagama kata Sasak disebut menjadi satu dengan Pulau Lombok, yaitu Lombok Sasak Mirah Adhi. Warga setempat mempercayai nama Sasak berasal dari kata sa-sak yang artinya satu, dan kata Lombok berarti lurus. Sehingga, suku Sasak ini diterjemahkan sebagai suku dengan jalan yang lurus. Mayoritas masyarakat Suku Sasak beragama Islam. Suku Sasak sangat teguh tradisi leluhur, maka sebagian dari masyarakatnya juga menyembah roh-roh leluhur.
Bali merupakan kelompok etnik terbesar, meliputi sekitar 3% dari keseluruhan penduduk Pulau Lombok. Jumlah kedua terbesar dari kelompok pendatang itu adalah orang-orang dari etnik Samawa dari pulau Sumbawa bagian barat.
Dari penjelasan diatas, kita tahu bahwa ada keterikatan antara Bali Aga dengan budaya Sasak. Sehingga tak heran jika para wisatawan akan berpikiran bahwa “Lombok itu Bali”. Jika ditelisik lebih lanjut, pengaruh Bali pada budaya Sasak datang dari Kerajaan Karangasem yang pernah menguasai Pulau Lombok selama 2 abad.
Migrasi awal ditandai dengan kedatangan Raja Gelgel dan pasukannya pada tahun 1616 dan 1624 M untuk merebut kekuasaan dari penguasa asli Lombok, Raja Seaparang, namun usaha tersebut tidak berhasil. Tetapi pada tahun 1675, Anak Agung Ngurah Karangasem berhasil menaklukkan Selaparang dan akhirnya menguasai Lombok Barat, sebagian Lombok Utara dan Tengah selama lebih dari dua abad.
Bukti Sejarah
Adapun bukti tertulis yang menandai bahwa Etnik Sasak mempunyai hubungan dengan Etnik Bali adalah penemuan nekara perunggu yang bertuliskan “Sasak dana prihan srih Jawa nira” (benda ini pemberian orang-orang Sasak). Kerangka perunggu itu berangka tahun 1077 Masehi, bertuliskan huruf kuadrat. Nekara itu ditemukan di Desa Pujungan Tabanan Bali.
Selama 2 abad lebih, Sasak bercampur baur dengan Bali bahwa saling menyadari akan perbedaan diantara keduanya. Pengaruh Bali dalam kultur Suku Sasak terlihat dalam hal pemakaian busana adat, alat musik tradisional (gamelan), dan makanan. Akulturasi di kalangan Bali juga tercermin dari fasihnya mereka berbahasa Sasak, tetapi tidak sebaliknya.
Dalam hal ini, telah terjadi proses akulturasi dan adaptasi sistem nilai yang satu dengan lainnya. Masing-masiong membawa sistem nilai sendiri-sendiri, sehingga interaksi sosial yang berlangsung pada hakekatnya adalah interaksi berbagai sistem budaya yang secara aktual terekspresi ke dalam berbagai bentuk prilaku positif dan atau sebaliknya.
Contoh Nyata
Salah satu contoh terjadinya proses alkuturasi antara Bali Aga dengan Sasak adalah instrumen seperti Gamelan Sasak dan Gendang Beleq, dari alat musiknya itu 100% mirip Bali, akan tetapi kalau di dengar saja, antara Gamelan Bali dengan Gamelan Sasak terdengar sangat berbeda, klo Bali terdengar seperti lagu Mistis sedangkan Sasak terdengar seperti semangat atau gagah.
Selain itu, pengaruh Bali dalam budaya Sasak ini menjadikan Lombok sebagai pulau tetangga yang akan menjadi pengaman terdekat orang bali yang ingin menyelamatkan diri dari bencana alam yang nantinya hadir ditengah kehidupan di Bali. Tanah Lombok yang penuh kesuburan dan kekayaan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, termasuk Bali Aga.
Meskipun memiliki keterikatan pada zaman dahulu, Bali Aga dan Budaya Sasak memlili perbedaan yang cukup jelas yaitu Penerapan pernikahan dalam Bali Aga dan Sasak sangat memiliki perbedaan meskipun akarnya dari rumpun yang sama yaitu terjadi pada proses pernikahan.
Jika di Bali Aga, kamu akan menemukan pernikahan yang hanya dilakukan sesama suku atau daerah saja agar bisa melestarikan budaya leluhur yang dianut. Namun, pada budaya Sasak memiliki perbedaan yaitu pada saat saat acara pernikahan mulai dari melakiran gadis sampai nyongkolan. Gadis/dedare sasak apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki/ terune maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki yang dikenal dengan sebutan merariq atau pelarian.
Selain itu, dari segi perbedaan agama, di Bali Aga akan menerapkan sistem kepercayaan agama Hindu, sedangkan di Budaya Sasak kamu akan menemukan mayoritas agama Islam. Meskipun dengan begitu, mereka bisa hidup secara berdampingan tanpa ada konflik yang menyertai keduanya.