Mengunjungi Bali Aga: Jejak Budaya Asli Pulau Bali
Pulau Dewata Bali bukan hanya dihuni oleh penduduk asli Bali saja, melainkan penduduk di Bali merupakan campuran masyarakat yang datang dari gelombang migrasi. Gelombang pertama berlangsung pada zaman pra-sejarah. Gelombang kedua, masyarakat datang ke Bali pada momen perkembangan agama Hindu di wilayah Nusantara. Terakhir, gelombang ketiga masyarakat migrasi berlangsung pada saat Majapahit runtuh dan terjadi proses masuknya islam di Pulau Jawa.
Gelombang imigrasi yang berlangsung selama tiga kali tersebut, dua diantara gelombang migrasi pertama disebut dengan Suku Bali Aga dan gelombang ketiga tersebut merupakan mayoritas masyarakat Pulau Jawa yang disebut dengan Suku Bali Majapahit.
Dari proses migrasi ini kita tahu bahwa di wilayah Bali, penduduknya bukan hanya terdiri dari suku asli Bali namun juga pendatang dari luar pulau Bali yang lebih dikenal dengan Suku Aga.
Yuk kenal lebih dekat dengan Suku Aga atau Bali Aga yang merupakan penduduk asli Bali ini!
Mengenal Lebih Dekat Bali Aga
Di Bali, masyarakat akan terbagi menjadi dua kelompok yaitu masyarakat “Bali Aga” dengan masyarakat “Bali Majapahit”. Sebutan kedua kelompok tersebut berdasarkan pada waktu mereka masuk ke Bali.
Bali Aga merupakan masyarakat yang lebih awal datang ke Bali dan mendiami pegunungan Bali dan pengaruh Majapahit masih sedikit dalam suku ini. Sedangkan Bali Majapahit merupakan kelompok masyarakat yang datang setelah Bali Aga ke Bali dan mendiami daerah dataran dan pengaruh Majapahit sangat besar disini.
Beberapa desa-desa di pegunungan Bali yang memiliki tradisi dan kebudayaan Bali Aga diantaranya adalah desa Trunyan, Tenganan Pagringsingan, Sukawana, Selulung, Bayung Gede, Manikliu, Sembiran, Julah, Cempaga, Sidatapa, Pedawa, Tigawasa, dan lain-lainnya.
Bali Aga sudah ada bahkan sebelum adanya pengaruh Majapahit di Bali pada tahun 1342 M. Kebudayaan Bali Aga ini merupakan hasil sikritisme antara kebudayaan prasejarah dengan kebudayaan Hindu yang nantinya menghasilkan suatu bentuk kebudaaan yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan kebudayaan Bali Majapahit.
Pada awalnya, Bali Aga ini belum mengenal yang namanya agama namun mereka akan menyembah leluhur mereka yang disebut dengan “Hyang”. Melihat tersebut, mulailah datang penyebaran agama Hindu melalui Resi Markandya yang berasal dari tanah India. Ia melakukan upacara penanaman lima unsur dari logam yang dikenal dnegan sebutan Panca Datu untuk menolak segala marabahaya. Tempat melakukan upacara tersebut akhirnya menjadi Pura terbesar di Bali yaitu Pura Besakih yang berada di Kurangasem wilayah Bali Timur.
Aturan Ketat di Bali Aga
Bali Aga memiliki peraturan yang sangat ketat akan tatanan kehidupan yang dijalaninya. Mereka memiliki tempatnya tersendiri di pegunungan Bali dan belum terjamah oleh teknologi yang memadai. Uniknya, Bali Aga ini sangat ketat dalam melindungi dan melestarikan hutan adat yang diatur dalam awig-awig akan pengelolaan hutan. Selain itu, bentuk bangunan hingga puranya diatur dalam aturan adat yang dilaksanakan secara turun temurun untuk terus dipertahankan.
Konsep Tri Hita Karana begitu sangat dipegang teguh dan diwujudkan oleh Bali Aga itu sendiri. Tri Hita Karana ini memiliki makna akan keseimbangan dan keharmonisan dalam menjalankan kehidupan di dunia ini antara Tuhan, manusia dan lingkungannya.
Ciri-Ciri dan Uniknya Bali Aga
Dalam mengenali Bali Aga kamu akan menemukan karakteristik tersendiri dan menjadi pesona yang menarik untuk dilihat oleh orang luar. Ciri-ciri ini yang nantinya akan membedakan Bali Aga dengan Bali Majapahit tentunya.
- Orang Bali Aga tidak membakar orang sudah meninggal
- Bali Aga tidak memiliki kasta yang menyertai kehidupannya sehingga semua sama sejajar
- Bali Aga tidak memiliki mantra Sankret dalam persembahayangan
- Orang Bali Aga tidak memilih pemimpin suku atau desa berdasarkan kecerdasan namun akan dipimpin oleh Kubayan, Kebau dan Senggukan
- Bali Aga memiliki dialek khusus yang hanya bisa ditemukan di Bali Aga
- Pengaruh Hindu tidak begitu kuat pada masyarakat meski sudah dimasuki penyebaran Hindu karena masyarakat Bali Aga mempunyai adat dan tradisinya sendiri
Uniknya Bali Aga ini menjadi pesona tersendiri meski mereka jauh terpencil di gunung Bali tersebut. keunikannya ini bisa kamu temui pada dialek unik yang menjadi bahasa pengantar yang beda untuk berkomunikasi. Menariknya, kamu disini tidak akan menemukan kesamaan antara Bahasa Bali dengan komunitas Bali Aga dengan Bali Aga lainnya.
Selain itu, keunikan lainnya adalah untuk menjaga kelestarian budaya Bali Aga, masyarakat tidak boleh mengadakan pernikahan dengan warga luar desa. Kalau hal ini terjadi, individu tersebut harus pindah desa dan tidak mendapatkan hak dari keluarganya.
Keunikan yang Sangat Dijaga
Kebudayaan dan tradisi bagi Bali Aga menjadi hal yang sangat dijaga dan pengadaannya begitu ketat sehingga masyarakat Bali Aga seringkali mengadakan ritual khusus dan tradisi keagamaan mereka akan dilangsungkan dengan frekuensi yang tinggi.
Menarik dan paling populer bagi wisatawan yaitu tradisi dalam pemakaman orang meninggal yang disebut dengan Mepasah. Setiap jasad orang yang meninggal akan diletakkan diatas tanah dan dibawah pohon menyan. Uniknya, pohon menyan yang dengan baik bisa subur di tanah Bali Aga.
Bali Aga memiliki komoditas utama di desa Tanganan yaitu membuah kain gringsing yang menajdi kebanggan warga setempat. Kain ini dipercaya sebagai pelindung dari kekuatan jahat. Kain tenun ini menjadi sangat langka dan hanya digunakan saat upacara keagamaan. Jika kamu ingin memiliki kain ini, kamu akan merogoh kocek yang sangat tinggi karena kain ini hanya diproduksi di Tenganan saja.
Meski tinggal di daerah terpencil, Bali Aga menjadi masyarakat yang terbuka akan kedatangan wisatawan. Wah, Bali Aga menjadi masyarakat yang populer di mata wisatawan dan menjadi destinasi liburan yang wajib dikunjungi untuk liburan kamu.