Kisah Menarik di Balik Seni Genggong Bali
Seni Genggong Bali merupakan seni musik instrumental yang sudah tergolong langka. Genggong merupakan instrumen getar yang memiliki keunikan pada suara yang muncul. Namun, dalam pembuatan alat seni genggong Bali ini, ada teknik ukir sehingga orang yang membunyikannya dapat menghasilkan suara yang unik.
Pada artikel ini akan ada pembahasan lebih lanjut mengenai seni Genggong Bali. Simak sampai selesai.
Mengenal Seni Ukir Genggong Bali
Masyarakat Bali mengenalnya dengan musik Genggong. Itu merupakan musik instrumental tradisional khas Bali yang sudah sangat langka. Ada hal menarik dari musik ini. Saat Anda mendengarnya, maka memberi kesan mirip seperti suara katak sawah yang riang gembira bersahut-sahutan. Namun, alat ini dimainkan dengan memanfaatkan rongga mulut orang yang membunyikannya sebagai resonator.
Para pemain akan mengulum bagian ‘palayah’ pada genggong. Jari tangan kiri akan memegang bagian ujung alat sebelah kiri, sementara tangan kanan menggenggam tangkai bambu kecil. Bambu itu terhubung dengan tali benang dengan ujung alat yang terletak di sebelah kanan.
Untuk membunyikann genggong ini, pemain akan menarik-narik benang itu ke samping kanan agak menyudut ke depan. Tapi mereka tidak meniupnya. Di sini, rongga mulut hanya sebagai resonator atau perantara yang mengatur besar-kecil atau tinggi-rendahnya nada yang mereka inginkan.
Satu ensembel genggong Bali ini biasanya terdiri dari dua buah instrumen atau lebih. Semakin banyak instrumen, maka akan semakin banyak variasi suara atau cecandetan. Alat bunyi-bunyian ini cukup jarang dimainkan, hanya pada momen-momen tertentu, seperti perkawinan.
Membuat Seni Ukir Genggong Bali
Meski merupakan alat musik, genggong Bali juga merupakan seni ukir yang populer di masyarakat. Para seniman pengrajin genggong tidak hanya membuat kesenian ini sebagai alat musik. Lebih dari itu, mereka juga membuat genggong sebagai cinderamata untuk para wisatawan.
Bahan utama untuk membuat genggong Bali adalah pelepah pohon enau. Masyarakat mengenalnya dengan pugoug. Pembuat genggong biasanya akan memilih pelepah enau yang tua dan kering, terutama yang kering di batang.
Setelah menemukan pelepah enau yang tepat, di sinilah letak seni ukir genggong Bali. Kulit luar pugoug tersebut dibuat irisan penampang berbentuk segi empat memanjang. Lebarnya kira-kira 2 cm, sedangkan panjangnya sekitar 20 cm.
Pembuat genggong akan membersihkan bagian dalam pelepah enau yang lunak hingga tinggal luarnya yang keras. Tebalnya sekitar seperempat sentimeter saja.
Adapun palayah, atau bagian instrumen yang bergetar, akan terletak di tengah-tengah irisan. Kedua ujungnya berjarak sekitar 2 cm dari batas ujung penampang irisan tersebut. Lebar palayah sekitar setengah sentimeter.
Bagian ini terdiri dari badan palayah dan ujung palayah, di mana ujungnya berada atau mengarah ke bagian kiri irisan. Anda harus membuat ujung palayah ini setipis mungkin, agar menghasilkan suara yang lebih baik. Biasanya hanya 0,1 cm. Bagian badan palayah juga tipis sekitar 2 cm.
Adapun pada bagian atasnya, Anda bias membuatnya tetap tebal, kira-kira setebal irisan keseluruhan penampang irisan. Selanjutnya, pada ujung kanan irisan penampang, Anda bisa membuat lubang tempat tali benang, yang panjangnya sekitar 5 cm.
Anda bisa mengaitkan benang itu pula pada setangkai bambu bundar yang kecil. Panjangnya cukup 10 cm. Ketika Anda membunyikan genggong, maka tangan kanan memegang tangkai tersebut secara vertikal, guna menarik benang hingga palayahnya tergetar.
Fungsi Genggong Bali
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bali mulai memanfaatkan genggong, tidak sekadar musik atau seni ukir. Lebih lanjut, mereka juga memanfaatkan genggong, untuk beberapa hal berikut:
1. Media pendidikan
Gendang-gending kuno seperti genggong Bali mengisyaratkan bagaimana pentingnya menjaga alam lingkungan sekitar. Genggong memberikan pemahaman kepada generasi sekarang tentang bagaimana nenek moyang yang mampu menciptakan karya seni yang indah dan unik.
2. Media integrasi sosial
Ketika memainkan genggong, masyarakat saling berbaur sembari bersuka cita.
3. Media hiburan
Genggong juga hadir sebagai media hiburan, meski tak spontanitas seperti dulu. Di era sekarang musik dari seni ukir genggong Bali ini perlu persiapan sedemikian rupa.
4. Pengiring tari
Dengan suaranya yang unik, genggong juga bisa berkolaborasi dengan musing gamelan atau geguntangan.
Itulah kisah menarik di seni ukir genggong Bali yang kini kian langka, lengkap dengan cara membuatnya dan fungsinya di tengah masyarakat. Meski dulu hanya untuk hiburan, kini ada makna pada pada seni genggong ini.