Menjelajahi Misteri Air Suci di Tirta Empul di Ubud Bali
Bali memang terkenal dengan tradisi dan agama Hindu yang sangat kental di masyarakatnya dan selalu menjadi pusat perhatian para pengunjung yang datang dan bisa mengenal lebih jauh keunikannya. Keunikan ini tergambar dalam arsitektur pura yang berciri khas-an Hindu.
Salah satu pura yang menjadi populer akan keindahan dan penuh misterinya dikalangan para pengunjung, baik pengunjung lokal hingga mancanegara adalah Tirta Empul yang berlokasi di Desa Manukaya, Tampak Siring, Gianyar, Bali. Pura Tirta Empul ini dianggap suci dan sakral bagi umat Hindu karena di pura ini terdapat air suci yang menjadi salah satu objek daya tarik untuk dikunjungi. Pura ini bukan hanya menjadi tempat sembahyang para umat Hindu juga melainkan menjadi objek wisata yang wajib kamu kunjungi tentunya!
Yuk simak lebih lanjut pembahasan pura Tirta Empul nan sakral penuh misteri ini!
Sejarah Tirta Empul
Pura Tirta Empul dibalik keindahan dan kesakralannya juga menyimpan sejarah yang perlu kamu ketahui sebelum berkunjung. Menurut Prasasti Manukaya pada tahun 1960 yang dikeluarkan oleh Kuno Jayasingha Warmadewa bahwa Pura Tirta Empul mulai dibangun pada tahun 960 M pada saat raja Chandrabhaya Singha Warmadewa masih berkuasa. Pura ini diberi nama dengan “Tirta Empul” yang berarti air yang keluar dari tanah.
Mitologi dan Misteri Tirta Empul
Mitologi Pura Tirta Empul dijelaskan dalam sebuah naskah Usana Bali yang menceritakan bahwa seorang raja sombong yang bernama Maya Denawa tidak percaya akan Dewa sehingga ia menolak untuk menyembah sang Dewa. Ia memimpin kerajaannya dengan sewenang-wenang dan melarang rakyat untuk melaksanakan upacara keagamaan.
Perbuatan yang dilakukan Maya Denawa akhirnya diketahui oleh sang Dewa dan mengutus pasukan untuk menyerang Maya Denawa dan memberikan hukuman kepadanya. Pasukan ini dikepalai oleh Bhatara Indra. Maya Dewana yang mengetahui hal tersebut akhirnya melarikan diri hingga sebelah utara desa Tampak Siring. Maya Denawa dengan kesaktiaanya menciptakan sebuah mata air yang beracun dan mengakibatkan anggota pasukan Bhatara Indra menjadi keracunan.
Melihat kejadian tersebut, Bhatara Indra menancapkan tombaknya ke tanah dan air-pun mulai keluar dari tanah. Air tersebutlah dipakai oleh Bhatara Indra untuk mengobati dan penawar racun para pasukannya sehingga keadaan bisa kembali seperti semula dan bisa sembuh dari keracunan.
Maya Denawa yang mengetahui bahwa rencananya gagal maka ia melarikan diri dan merubah wujudnya karena ia terus dikejar oleh pasukan Bhatara Indra. Kelelahan terus menghapiri Maya Denawa sehingga ia merubah dirinya menjadi batu besar. Perubahan ini diketahui oleh Bhatara Indra dan memanahnya hingga akhirnya Maya Denawa terbunuh. Terbunuhnya raja Maya Denawa diperingati oleh umat Hindu setiap 210 hari dan diberi nama hari raya Galungan.
Dari mitologi diatas, mata air yang keluar dari tanah dan diberi nama “Tirta Empul” dan air suci tersebutlah sampai saat ini masih dipercayai oleh masyarakat sekitar bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Dipercayai bahwa air mata suci tersebut bisa menyembuhkan penyakit maka para wisatawan yang hadir harus berendam di kolam yang telah disediakan dengan menangkup kedua tangan dan menyampaikan doa-doa. Wisatawan juga perlu membawa persembahan (Canang) yang diletakkan dia atas air mancur kemudian memakai kain yang diikatkan dibagian pinggang.
Air suci ini dianggap sakral bagi masyarakat Hindu sehingga tak heran jika Tirta Empul menyimpan sebuah misteri yang menjadi daya tarik wisatawan. Disekitaran mata air kemudian dibangun sebuah pura sebagai tanda menghormati Bhatara Indra dan tempat perembahayang umat Hindu.
Pesona Keindahan Tirta Empul
Pura Tirta Empul yang menjadi tempat pesembahayangan umat Hindu juga di fungsikan sebagai tempat melakukan ritual Melukat atau prosesi penyucian diri dengan air suci Tirta Empul. Uniknya, jika kamu memasuki gerbang utama, kamu akan menemukan gerbang yang dijaga oleh dua buah patu besar yang dipahat emas. Dalam area pura terdapat 26 pancuran air yang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan upacara agama.
Kolam dengan 13 pancuran digunaan sebagai air suci untuk upacara kematian. Kolam dengan 8 pancuran digunakan sebagai tempat Melukat sekita seseorang sakit. Dan yang terakhir, 5 pancuran air digunakan sebagai tempat orang dari luar datang untuk berdoa.
Pura ini memiliki 3 bagian yakni Nista Mandala atau Jaba Sisi (bagian luar), Madya Mandala atau Jaba Tengah (bagian tengah), dan Utama Mandala atau Jeroan (bagian utama pura). Pura Tirta Empul termasuk gerbang split tradisional Bali bersama dengan tempat pemujaan untuk Siwa, Wisnu, Braham, Gunung Batur, dan Indra.
Selain melakukan pemandian, wisatawan juga bisa mengelilingi sekitaran pura yang mempunyai arsitektur yang khas dengan pahatan patung yang memukai. Ditambah keadaan alam yang masih asri bisa kamu rasakan disini.