Mengenal Tradisi Unik Bali - Perang Ketupat di Kapal
Apakah Anda pernah mendengar tradisi yang bernama Perang Ketupat? Tradisi satu ini dilaksanakan oleh masyarakat Kapal. Bukan kapal benda ya, tapi Kapal merupakan sebuah daerah di Kabupaten Badung, Bali. Anda yang tertarik mengenal tradisi Perang Ketupat di Kapal Bali bisa melihat artikel ini untuk informasi lebih lengkap!
Apa Itu Perang Ketupat di Kapal?
Perang Ketupat juga dikenal dengan nama Aci Tabuh Rah Pengangon. Tradisi satu ini termasuk acara adat yang unik karena semua pesertanya melakukan perang dengan saling melempar ketupat. Itulah sebabnya dinamakan dengan Perang Ketupat.
Selain di desa Adat Kapal Bali, Perang Ketupat ternyata juga berlangsung di daerah Bangka Belitung. Tujuan utama upacara ini yaitu mengucap syukur atas karunia Tuhan yang melimpah pada umatnya di dunia.
Tradisi Perang Ketupat di desa Kapal termasuk tradisi leluhur yang sudah ada dari nenek moyang. Sampai saat ini Anda masih bisa menemukannya sehingga termasuk tradisi yang terus dilestarikan.
Perayaan Perang Ketupat umumnya berlangsung setiap satu tahun sekali. Menariknya, banyak wisatawan domestik atau mancanegara yang sedang berlibur ke Bali melihatnya. Bagaimana tidak, masyarakat desa yang saling melempar ketupat menawarkan keunikan tersendiri.
Sejarah Perang Ketupat
Tradisi Perang Ketupat di Kapal termasuk tradisi leluhur yang sudah ada sejak lama, tepatnya sekitar tahun 1970-an. Namun banyak juga yang beranggapan bahwa Perang Ketupat sudah ada jauh sebelum itu yaitu pada tahun 1339.
Sejarah Perang Ketupat bermula dari masa Raja Ida Sri Astasura Bumi Banten. Raja mengutuh patih yaitu Ki Kebo Taruna untuk memperbaiki Pura Purusada di Kapal. Saat patih sampai ke desa, ternyata ada musibah dan musim paceklik.
Pada saat itu, Ki Kebo Taruna memohon pada Ida Bhatara di Pura Purusada agar desa terbebas dari musibah. Selanjutnya, ia mendapatkan petunjuk untuk melaksanakan upacara sebagai persembahan pada Sang Hyang Siwa.
Persembahan tersebut berupa pertemuan purusa dan predana. Kemudian disimbolkan sebagai tipat dan bantal. Akhirnya munculah tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon atau Perang Ketupat ini.
Pada awalnya, tradisi ini melibatkan dua orang pria yang sama-sama bertelanjang dada. Setiap pria memegang senjata berupa ketupat dan kue bantal.
Saat perang dimulai, maka peserta akan saling melempar ketupat dan kue bantal. Setiap pemain bebas melempar ke arah manapun. Pasalnya, perang ini awalnya tidak ada aturan apapun.
Makna Tradisi Perang Ketupat
Perang Ketupat di desa Kapal juga memiliki makna seperti tradisi-tradisi lainnya. Bahkan setiap tindakan memiliki makna dan tujuan tertentu. Tujuan utama dari Perang Ketupat yaitu kepercayaan akan hadirnya kesejahteraan dalam hidup.
Bahkan, masyarakat percaya bahwa Perang Ketupat adalah simbol kemakmuran warga. Selain itu, tradisi Perang Ketupat di Kapal juga menjadi bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas berkah.
Kegiatan melempar ketupat adalah bentuk ekspresi. Artinya, nasi dan ketupat yang dilempar memang dipersembahkan untuk alam semesta. Masyarakat akan menyantap dan menikmati semua ketupat setelah prosesi selesai.
Waktu Pelaksanaan Perang Ketupat
Perang Ketupat dilaksanakan setiap tahun pada hari Purnama Kapat. Biasanya hari tersebut jatuh antara bulan September sampai Oktober. Jika Anda tertarik untuk melihatnya, Anda bisa berkunjung ke desa Adat Kapal di Badung pada bulan-bulan tersebut. Jaraknya hanya kurang lebih 25 menit dari kota Denpasar.
Prosesi Upacara Perang Ketupat
Upacara Perang Ketupat dimulai dengan persembahyangan di pura setempat. Pemangku adat akan mengikuti berlangsungnya upacara sambil membaca mantra dan memercikkan air suci pada warga yang datang.
Prosesi tersebut bertujuan untuk memohon kepada Sang Hyang Widhi agar acara sukses. Selain itu, tujuan lainnya yaitu memberikan kesejahteraan dan keselamatan bagi semua orang.
Selesainya persembahyangan, peserta akan menyiapkan amunisi berupa ketupat. Ketupat yang digunakan dalam Perang Ketupat merupakan sumbangan dari warga desa adat Kapal.
Peserta kemudian dibagi menjadi dua kelompok saling berhadapan. Akan ada yang memberikan aba-aba sebagai tanda mulainya perang. Sorak sorai warga menjadi menambah kemeriahan acara. Penonton yang datang pun akan bersorak melihat peperangan yang berlangsung. Unik bukan?
Itulah pembahasan lengkap mengenai tradisi Perang Ketupat di Kapal Bali. Jika berbicara mengenai tradisi yang kental, maka Bali memang menjadi daerah yang paling banyak tradisinya. Perang Ketupat merupakan salah satu tradisi yang menarik untuk Anda pelajari. Semoga bermanfaat ya!