Notifikasi

Loading…

Fungsi dan Peran Ayam Bagi Masyarakat Bali

 Ayam adalah salah satu hewan yang paling umum digunakan dalam kehidupan orang Bali. Hewan yang memiliki ciri khas dan unik sering dijadikan simbol, misalnya dalam ritual keagamaan dan modifikasinya.


Pelestari ayam juga mengadakan pameran dan diskusi agar warga dapat belajar dan berpartisipasi dalam konservasi ayam. Pada tanggal 15 Oktober 2019 telah berlangsung Pameran Pengawetan Ayam Bali yang di sebut dengan Putu Gede Paramadipa atau sering disebut Apung.


Apung, pria kelahiran Bali ini sejak kecil sudah menyukai alam bebas, terutama ayam. Ia mengungkapkan sudah menggemari ayam sejak kelas 4 SD. Baginya, ayam adalah seni yang indah.


Dia memegang ayam agar tidak terpotong. Dia suka melihat bentuknya, misalnya tanpa ekor - nama bayonet, bentuk jengger, kuncir, kaki dan sebagainya. Sejak 1993 ia mulai mengawetkan ayam, khususnya untuk sesaji upacara adat.

“Bagi umat Hindu, ayam adalah representasi dari tiga tingkat keberadaan manusia: etis, estetis, dan religius. Oleh karena itu, ayam biasa digunakan dalam upacara keagamaan sebagai bentuk harmonisasi hubungan vertikal manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

Kini ada sekitar 20 ekor ayam dalam kandang di kebunnya yang tandus, berjejer rapi di depan pintu masuk. Klangsah, kelabang yang dijalin dari daun kelapa tua, mengelilingi taman dan juga berfungsi sebagai kanopi untuk menaungi beberapa warung.


Ia merupakan salah satu pria yang paling banyak dicari oleh warga yang ingin melakukan ritual adat dan ritual agama Hindu untuk mendapatkan sejenis ayam dengan khasiat istimewa. Pada setiap upacara, ayam yang digunakan berbeda-beda, begitu juga dengan tempat pemeliharaannya.


Apung mendapatkan filosofinya dari orang-orang yang datang ke rumahnya. Mereka menceritakan identifikasi jenis ayam tertentu untuk upacara. Dia juga memverifikasinya dengan mencari buku dan bertanya dengan lancar.

Dia membaca naskahnya berkali-kali, membayangkan bentuknya dan kemudian mencoba mereproduksinya. Apung juga berkeliling desa untuk mencari tahu tentang ayam kemudian memeliharanya di rumah.


"Saya berasumsi ayamnya tidak ada di gambar," jelasnya.


Ternyata dahak ayam yang disebutkannya mengandung 43 jenis ayam dengan berbagai atribut keutamaan, hari mujur dan sebagainya. Sedangkan wrespati kalpa berisi ayam jenis tertentu sebagai kelengkapan upacara meruwat atau mebayuh.


Ayam sebagai ritual

Ida Ratu Peranda Ishana Manuba, seorang pendeta wanita yang hadir dalam festival tersebut menjelaskan peran ayam dalam ritual agama Hindu di Bali. Ia menjelaskan, fungsi ayam tersebar luas di Caru, Yadnya Caru Bhuta Yadnya.


Dijelaskannya, Caru berasal dari kata Car yang artinya keselarasan. Dalam ritual ini, manusia menyelaraskan energi mikrokosmos dalam dirinya dengan energi alam semesta, makrokosmos, melalui seekor ayam bernama Caru.


“Mengapa menggunakan ayam? Karena ayam punya energi, kreativitas dan etos kerja yang baik,” jelasnya dalam video dokumenter.


Ia menjelaskan, ayam merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi masyarakat Bali. Semua ritual di Bali menggunakan ayam dengan warna bulu yang berbeda, warna kaki dan warna khusus yang berbeda untuk upacara tersebut.


Ayam putih adalah spesies yang sering dibutuhkan untuk tujuan ritual. Ayam ini memiliki bulu putih di seluruh kulit dan bulunya, jambul merah, dan sifatnya sangat tenang.

“Seputih Sangkur Sandeh, ayam saya S3, susah sekali membuatnya,” canda Mangku Sandi, peternak asal Kabupaten Buleleng, yang diterbitkan Mongabay Indonesia.


Dia mengeluarkan ayam S3-nya dari kandang dan memeluknya. Ayamnya berwarna putih semua, tanpa ekor (laurel) dan dengan kuncir. Beberapa pengunjung menanyakan berapa harganya. Tapi dia tidak tertarik untuk menjualnya.


Mangku mengatakan, para peternak biasanya mengawinkan ayam untuk mendapatkan spesies atau sifat tertentu. Namun, katanya tidak semua berhasil, hasilnya tidak seperti orang tua. Tetapi jika Anda terus mencoba, itu mungkin berhasil.


Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Ananda mengungkapkan kaitan ayam dengan sistem religi umat Hindu di Bali. Menurutnya, ketika mengklasifikasikan karakter hewan, ada tiga subdivisi: kelompok bijak, kreatif, dan energik.


“Kehadiran ritual ayam di Bali merupakan salah satu cara untuk membangun kreativitas dan kedinamisan. Karena ayam itu kreatif,” jelasnya.

Post a Comment