Mengenal Prosesi Upacara Metatah, Ritual Potong Gigi di Bali
Prosesi upacara metatah merupakan bagian dari ritual keagamaan bagi masyarakat Hindu di Bali. Masyarakat Hindu percaya bahwa setiap fase kehidupan manusia harus dimulai dengan sebuah ritus untuk mensucikan tiap fase tersebut.
Ritual atau prosesi upacara metatah sendiri merupakan salah satu penanda memasuki fase usia remaja. Oleh karena itu, para orang tua berkewajiban untuk melakukan metatah sebagai bagian manusia yadnya untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir batin manusia.
Apa Itu Upacara Metatah?
Upacara Metatah merupakan ritual upacara potong gigi masyarakat Bali yang menandakan fase kehidupan remaja. Umumnya upacara potong gigi ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan upacara Ngaben, pernikahan, dan Ngeres.
Metatah sendiri secara etimologi berasal dari kata tatah yang artinya pahat. Pahat digunakan untuk mengikir bagian gigi yakni kedua gigi taring dan empat gigi rahang atas, keenam gigi yang dikikir tersebut menyimbolkan harapan agar terhindar dari Sad Ripu.
Sad Ripu merupakan enam jenis musuh manusia yang muncul dari perbuatan tidak baik. Sad Ripu meliputi Kama atau mengumbar nafsu, Lobha atau serakah, Krodha yakni sifat marah dan dendam, Mada atau mabuk, Moha sifat bingung dan angkuh serta Matsarya yakni musuh manusia yang timbul dari dengki dan iri hati.
Makna Upacara Metatah
Tak hanya sekedar ritual semata, upacara metatah sebagai bagian dari Manusia Yadnya ini syarat akan makna, terutama bagi masyarakat Hindu di Bali.
Metatah yang merupakan bagian penanda peralihan fase kehidupan baik bagi orangtua maupun bagi anak yang akan menjalani ritual metatah.
Simbol fase peralihan tersebut adalah:
- Sebagai simbol atau penanda beralihnya manusia menjadi manusia sejati yang diharapkan untuk mampu mengendalikan dari godaan nafsu.
- Sebagai fase simbolik bagi para orang tua dalam memenuhi kewajibannya terhadap buah hati untuk menemukan hakikat manusia sejati.
- Simbol harapan agar orang tua dan anak berkumpul kembali setelah meninggal.
Selain simbol peralihan fase kehidupan, prosesi ini pun menjadi pengantar bagi para peserta upacara metatah untuk menyongsong kehidupan baru. Hal ini disimbolkan dengan makanan-makanan yang wajib dicicipi oleh peserta ritual metatah setelah giginya dikikir.
Pasca pengikiran, peserta disajikan 6 rasa makanan yang terdiri dari makanan pahit dan asam, pedas, sepat, asin dan manis.
Setiap rasa tersebut mewakili fase kehidupan yang akan dilalui. Rasa pahit dan asam mewakili simbol dari kerasnya hidup, diharapkan para remaja ini dapat tabah menghadapi kehidupan yang keras.
Rasa pedas merupakan simbol dari amarah, para remaja harus senantiasa sabar apabila mengalami hal yang menimbulkan emosi kemarahan.
Kemudian rasa sepat sebagai simbol agar taat pada peraturan atau norma-norma yang berlaku. Sedangkan rasa asin merupakan simbol kebijaksanaan, dan terakhir rasa manis adalah penanda kehidupan yang bahagia.
Prosesi Upacara Metatah
Upacara metatah yang merupakan ritual khusus kerap dilakukan bersamaan dengan upacara sakral lainnya. Seperti halnya upacara sakral, prosesi ini melibatkan banyak sesaji dan tahapan-tahapan dengan pakem adat tertentu.
Prosesi upacara potong gigi atau metatah umumnya dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit. Namun pada beberapa daerah lainnya, upacara ini dilakukan lebih pagi lagi yakni pada saat subuh atau sebelum matahari terbit.
Para peserta upacara potong gigi pun wajib mengenakan pakaian khusus yang berwarna putih dan kuning.
Sehari sebelum metatah dimulai para peserta upacara ini melakukan ritual membersihkan diri yang disebut dengan Megumi Padangan. Selain itu mereka pun diwajibkan untuk ngekeb atau mipingit sebagai bentuk pengendalian sad ripu dalam dirinya.
Barulah keesokan harinya, para peserta mengikuti prosesi metatah dengan terlebih dahulu melakukan sembahyang di Merajan untuk memohon kesejahteraan dan kebahagiaan dan dihapuskan dari sifat-sifat buruk manusia.
Setelah itu peserta melakukan rajah pada tubuhnya secara simbolis dipimpin oleh sangging yang kemudian akan diikuti oleh ritual utama yakni metatah atau potong gigi.
Upacara ini ditutup dengan ritual membersihkan diri dan mejaya-jaya.
Mejaya-jaya adalah upacara penutup dari prosesi upacara metatah dengan tujuan untuk memohon pada Sang Hyang Widhi agar ritual yang telah dilakukan direstui dan tidak sia-sia.