Lontar Roga Sanggara Bumi - Payana Dewa
Notifikasi

Loading…

Lontar Roga Sanggara Bumi



Lontar Roga Sangara Bumi

Secara umum dahak ROGA SANGARA BHUMI mengandung :

Penyebab bencana/bencana yang terjadi di dunia,

Jenis bencana/bencana yang dapat terjadi di dunia

Beberapa ciri-ciri bencana/bencana yang akan datang

Lontar Roga Sangara Bumi artinya :

Roga: Penyakit, penyakit dan kecacatan.

Sanghara / Samhara: menarik diri; meniadakan; rusak; meleleh; Penghancuran; pemusnahan (Mardiwarsito, 1981:507).

Bhumi: Bumi.

Jadi BUMI ROGA SANGARA berarti menetralkan atau menghilangkan bencana di dunia.


Menurut lontar Widhi Sastra yang terdapat dalam Lontar Roga Sangara Bumi, masyarakat Bali diwajibkan melakukan upacara Tawur akbar yang disebut Pancawalikrama setiap lima tahun sekali. Upacara ini berlangsung di Pura Besakih. Konon, itulah sabda dan titah Bhatara Putrajaya yang bersemayam di Gunung Agung.


Konsekuensinya, jika upacara tidak dilakukan, Bhatara Putrajaya akan kembali ke Gunung Mahameru. Dari sana dia akan menyebarkan semua penyakit mematikan dan dunia akan hancur. Saudara-saudara bertengkar dengan saudara-saudara, kerusuhan terjadi di sana-sini. Tujuan dari upacara tawur akbar Pancawalikrama adalah untuk memberikan persembahan kepada para dewa dan Bhutakala berupa berbagai jenis tanaman, beberapa hewan.


Kepercayaan orang Bali adalah bahwa dalam lima tahun Bali dan daerah lainnya akan tercemar. Sedikitnya kekotoran pikiran manusia (manacika), perkataan (wakcika) dan perbuatan (kayika) yang menyebabkan bumi menjadi kotor (cemer ikang bhuwana). Melalui upacara Tawur Agung Pancawalikrama, diharapkan para dewa tidak lagi murka dan dapat memaafkan perilaku manusia. Bumi menjadi murni (kaparisudha). Demikian pula Bhutakala dapat dinetralkan untuk menciptakan kedamaian di bumi (Sutrepti Ikang Rat).


Ketika bencana alam tiba-tiba terjadi dan masyarakat Bali menginginkan keharmonisan universal, maka Lontar Roga Sangara Bumi menyatakan bahwa ada beberapa jenis upacara keselamatan yang dapat dilakukan:

Upacara Prayascita, yaitu upacara membersihkan bumi di lingkungan kecil seperti bangunan pribadi, taman, dll.

Guru Piduka, yaitu upacara memohon maaf kepada dewa karena perbuatan manusia di muka bumi telah menjadi kotor (cemer),

Labuh Gentuh, yaitu penyucian bumi yang tingkatnya lebih tinggi dari Prayascita.

Di sini terlihat bahwa ketika terjadi bencana alam, masyarakat Bali tidak ribut sana-sini dan menyalahkan masyarakat, pemerintah dan lainnya. Musibah yang terjadi justru menyadarkan masyarakat Bali bahwa kita telah mencemarkan bumi dengan hebat, para dewa dan Bhutakala marah kepada masyarakat. Karena itu masyarakat Bali lebih cenderung merespon dengan kearifan lokal yang diwujudkan dalam Lontar Roga Sangara Bumi.


Upacara pembersihan bumi dilakukan secara instan sesuai dengan tingkatannya. Diawali dengan upacara bersih bumi di tingkat rumah tangga, tingkat desa, tingkat kabupaten/kota dan tingkat provinsi. Upacara ini ditujukan kepada para dewa, Bhutakala, agar bersedia mengampuni perbuatan manusia dan menjadikan bumi ini bersih dan suci kembali. Tujuan yang paling penting adalah, tentu saja, untuk mencegah bencana alam terulang kembali atau mencegah segala jenis bencana.


Lontar Roga Sangara Bumi juga menjelaskan sifat-sifat atau tanda-tanda alam yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang buruk. Selain itu, ada juga sifat-sifat atau tanda-tanda alam yang mengarah pada kebaikan.

Berikut ini adalah beberapa tanda alam yang menandakan hal buruk akan segera terjadi:

Ada pelangi yang memasuki istana dan meminum air saat hujan turun. Ini pertanda bahwa raja atau pemimpin akan berumur pendek. Untuk mengantisipasi hal seperti itu, pengorbanan keselamatan harus dilakukan.

Ada rusa, rusa lari ke desa dan masuk ke rumah-rumah di sekitar. Ini pertanda buruk bahwa desa tersebut adalah Katadah Kala (dimakan oleh Bhutakala). Hewan-hewan itu dipesan oleh para dewa karena desanya kotor, tidak ada roh seperti hutan belantara. Untuk mencegahnya, warga harus segera menggelar upacara penebusan.

Langit (tempat ibadah) ditimpa pohon, dibakar, diterjang angin topan, terutama pada saat upacara Yadnya. Ini pertanda buruk, dan bencana yang lebih mengerikan akan segera terjadi. Jemaat harus segera mengadakan upacara Prayascita (penyucian).

Ada bintang ekor (bintang yang mengepul) di langit. Ini pertanda bahwa raja atau pemimpin akan menghadapi bencana besar, seperti kematian dalam pertempuran.

Saat hujan darah, anjing melolong di jalanan, burung gagak memanggil di malam hari, burung hantu melawan burung hantu, darah berceceran di koridor atau di tanah. Ini pertanda wabah penyakit mematikan sedang melanda masyarakat. Untuk menetralkan akibat dari tanda-tanda tersebut, orang harus segera mengadakan upacara penebusan.

Semua hewan peliharaan manusia seperti sapi, kerbau, kambing, dll. kebetulan adalah pasangan palsu. Ini berarti bahwa mis. B. Ada perkawinan nonseksual antara hewan: sapi kawin dengan kerbau, ayam dengan bebek, anjing dengan babi, dan sebagainya.

Salah pasangan juga bisa terjadi pada orang seperti paman menikah dengan keponakan, ayah dan anak, saudara kandung menikah dengan saudara. Ini adalah tanda bahwa Bhutakala telah masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini harus segera dinetralkan dengan upacara penyucian alam semesta agar Bhutakala kembali ke alamnya.

Ada yang melahirkan dengan bentuk tidak normal atau aneh, pohon kelapa di pekarangan tersambar petir, pintu gerbang juga tersambar petir. Semua tanda ini menunjukkan bahwa dunia ini kotor dan korup. Untuk segera menetralisirnya, dilakukan upacara penyelamatan.

Selain rambu-rambu yang menandakan akan terjadi bencana atau alamat buruk, Lontar Roga Sangara Bumi juga memuat beberapa rambu yang menandakan dunia akan baik, yaitu:

Saat hujan, airnya terlihat kekuning-kuningan, ini disebut Madewa Sudha (penyucian para dewa). Hujan ini adalah pertanda baik, terutama bagi mereka yang turun hujan.

Saat hujan, airnya berwarna keputihan, itu juga pertanda baik. Sebuah desa yang jatuh di bawah hujan seperti itu akan aman, sama seperti semua penyakit akan menjauh.

Gempa bumi adalah salah satu peristiwa alam yang paling mengerikan dan membuat orang trauma. Gempa bumi dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan terkadang getaran kecil tidak membahayakan. Jika getarannya besar, gempa bumi dapat melelehkan bumi (pralaya).

Lontar Roga Sangara Bumi juga memuat Bencana Alam Gempa Bumi beserta Pro dan Kontranya berdasarkan Sasih (bulan) gempa tersebut. Berikut deskripsinya:

Jika gempa Sasih Kepitu (Januari) terjadi terus menerus, menandakan akan terjadi perang yang tiada henti. Berbagai penyakit akan menyerang masyarakat.

Jika gempa Sasih Kaulu (Februari) dan Sasih Katiga (September) terjadi terus menerus, diprediksi akan terjadi wabah penyakit hingga banyak orang meninggal.

Jika gempa bumi bertahan (Maret), prognosis untuk negara tersebut tidak pasti. Para pelayan meninggalkan tuan mereka.

Ketika sasih kadasa (April), ramalannya adalah negara akan baik. Artinya sebagai pengundang, Bhatara berbelas kasih terhadap orang.

Kalau ada sasih jyesta (Mei) dan sasih sada (Juni), ramalannya banyak orang sakit tidak tertolong.

Saat Sasih Kapat (Oktober), Sasih Kalima (November) adalah ramalan untuk mengundang para dewa. Para dewa senang tinggal di bumi. Bumi akan mengalami belas kasihan. Segala sesuatu yang ditanam makmur dan makmur (saphala sarwa tinandur). Raja atau pemimpin yang bijaksana dan mulia.

Saat Sasih Kanem (Desember), diprediksi banyak orang yang tidak tertolong. Untuk menetralisirnya, Upacara Penebusan Caru harus segera dilakukan.

Ketika pengaruh dan prediksi gempa tidak membawa kebaikan, maka gempa yang terjadi dan berdampak negatif terhadap kehidupan harus segera dijadikan upacara penebusan Caru. 

Berikut salinan Lontar Roga Sangara Bumi:

Om Awighnam Astu Namo Sidham

Nihan Widhi Sastra, Roga Sangara Bumi, jadi niti Bhagawan Dharmaloka, Katama Cincin Aji Majapahit, Bali Madya menekankan apa itu akhir, ritatkalaning perubahan zaman bhumi. Dewata Matilar Ring Madhyapada, Mantuk Maring Swargan Mahameru, Ginantianing Bhuta, Sabhumi Sami Wwang Kasupan Bhuta, Bahur Ikang Jagat Perang Sumelur, Ratu Ameseh vs Ratu, Gering Sasab Marana Tan Pegat, Nendah Laraning Wwang, Gumigil Hot Uyang, Akweh Pejah, Desa di Ujung ning tasik tembening usia, mutah mising tiba-tiba mati, mantra Usada punah. Pandhita bingung, mantra veda tanpa sari.


Aywa tan yatna Sang Bhujangga Aji, angemit praja mandala, anggawe kayowaning rat, danakena watek Paṇḍitaji, anguncaraken Veda, angundurakẹṇ low marana ika, anggelaraken mantra, akasatawa, Sang Pandhita Buddhi, anggelaraken Veda, Bayu Astawa, sang Pandhitasang siskenya, ast byuh astawa siskenya , sadhana;

wedyasuci, 3 soroh, abdi 3 soroh, sasayut dirghayusa bhumi pras panyeneng, pentas cincin pangabhaktyan ratu,

lukat ikang bhumi antuk homa tirtha durin nawa ratna payeran, tekan jadma kabeh ko angabhakti aneda urip durin;

Ring Gada Pracaru, Sega Sapunjung, Iwak Bawi Ingolah, Jajatah Lembat Asam Jawa, Ring Kahyangan Sami

Studio Salwiring Paumahan, Katur Ring Hyang,

pendopo kuning putih, Dakṣiṇa Canang Pateh Swang, Segehan Limang Tanding, Ikan, Bawang Jahe, Caru Ika Masanggah Cucuk, Magenah Ringuntunganing Lawang Tengen, Mapenjor Carang Tiing, Makober Wastra Putih, Masat Ganapati, Mwang Bajra, Cakra, Dandha, Pasah, Trisula .


Kalahkan Yang Mulia Bhatara Ganapati,

Manusan Paduka Bhatara bertanya kepada Urip,

kata juru kamera,

memamerkan teda hook sarwa bhuta sasab semua,

Yan Sida sehat, anak dari kerabat Putu Rabininghulun,

batang anturak; kelakuan wedaya gana munggwing sanggar akasa,

Ong Namo Mare Ganapati, Sarwa Wighna Winasanam, Sarwa Mara Wicitram, Sarwạ Roga Winasanam.

Yan tepet de sang Pandhitaji anggelaraken, phalanx dari kang sarwa bhuta sasab marana.

Hana ling Bhatara Putrajaya ring Basukih, aduh makanan khas Bali, yatna ta kita mangemit praja mandala, mwang bhaktinta ring sarwa dewa, yan hana wwang ring nagarakrama, digigit daking, ditakuti tantamban, dering jadma disambut salam, upadrawaning, jadmanya Olih Dewata, Haywa Inge Ring Desa Pakraman Genahnya, Yan Sira Ratu Tan Mamituhu Pawarahku, I Mulih Maring Giri Mahameru, Angadakaken Gering Sasab Marana Ring Sarwa, Utusan Mngkanga Ling Bhatara Munggwing Widhi Sastra, Mwang Yan Sira Pengikut Ratu Tengah Bali ring, yan sira nora to ngawe tawur agung, ri panguluning jagat ring Basukih ngalimang pancawalikrama tahun, wastu gumi kali tan pegat idep me andawut uriping manusa gadakang rendah tutumpur sasab marana kweh, menekan dipanya, macengilan ri samanya kadang sendirian, masairu kadang berlawanan, yadyapin hana mangarcana saya, tan mantuk ring Basukih, saya matilar maring Giri Semeru, tan mahyun muwah sinungsung de manusa l oka apan manusa loka panjadman kala kungang, telas.

Kameramen Mwah Berperilaku Rendah, Gumigil Ngebus, Kapati-Pati, Fall Wwang Kataman Gering Tan Tulungen, Akweh Meninggal, Tan Mandi Sarwa Usadha Pahosyan Ikan Wwang Anahen Laragering, Akuwu Tan Ana Ingsal, Hyang ing Wukir Aweh Lara, Katur Ring Bhatara Suryaloka Riluhuring Akasa, aparab bhatara druwaresi, uriping dewata kabeh, bhatara druwesi, maraga sang hyang komando, sira nitah dewata kabeh, mahyun bhatara drumesi niwakang juru kamera rendah, wisya mawak angin, geni mawak angina mawak angin, mretha mawak wishya, ngawisyanin wwang manusa loka, hyang ring Wukir Nglebang Bhuta Sasab Munggwing Jawa Jambudwipa, Ring Gowwa Matakep Umahing Sasab, Mengaken Lawan Bikang Giha Bhatara, Mampehikang Sasab, Mahlar Pawana, Mawisia Geni, Satengah Kalebang de Bhatara, Ana Sahasra Kwehnya, Kinwan Mangringin Man, Anadah Manusa, Bhatara Yama Dadiabwanin Sasab, ana sipat Bhatara Yama, mamwiti emansipasi, patuwuhing janma mati, yatika wil pati, mangkana ling Bhatara Yama, ring watek bhuta sasab, mwa h ru paning sasab, I Bhuta pangawan gawa agung gawar alit, ternyata makanan sumusuping salwiring kenum.


Yan sang Aji Bali mrekertiyang Gumi Rahayu, Angaturaken Guru Piduka in Wewenang, Mapinunas Urip Jagat Nira, Ri Hyanging Wukir Basukih Ring, Mwang Ri Hyang Ing Sagara, Mwah Ring Panggulan Danu, Wewenang Malabuh Gentuh, Wewenang Pancawalikrama Ring Basukih, Rahayu Ikg Tikus, yan nora mangkana, tan rahayu ikang tikus.


Mwang sang Amawa Bhumi, Sabanwarakrama, Sapunpunya Riddle Mapinunas, Ring Hyang Druwaresi akasa, Ngaturang Guru Piduka, Ring Bhatara Giri Bali, Mwah Ring Hyang Baruna, Lwirnya Valveat Kelanan Target Ayam Bebek, Tiwakang Ring Samudera, Mwah Panguluning Setra, Ngaturang Guru Piduka, Yan Mangkana, Wasit Tiwakin Caru Panglebar I Bhuta Sasab, Yan Durung Mangkana, Tiwakin Caru, Tan Prasida Ikang Caru, Bhuta Sumangkin Riot Mwah Ikang Sasab Wireh Durung Ring Hyang Mapinuna, Mangkana Kajaring Widhi Sastra.

Mumi:

Punch Hyang Ratnangkara, Hyang Sagara Geni, Manusanira Nunas Urip Bhuktinen Sainira Becik Dana, Ong Sidhirastu Yanamah Swaha.

Mwah;

ka 6. pekaning low kebus tan tulungan, makweh pejah maranan, sasab bhatara nobel akasa, mamatenin jadma, ca, tepening desa kidul, iwak bawi, ji, 40, von dena sangkep, laubenabend pujung, iwak abend tanding.

Ka.7. pekaring rendah, salwiring lara, mwah sasab, bhatara guru maweh lara, :ca, sega amanca warna, iwak ayam dengan semak ingolah cinaronaken ring smasana.

Ka.8.ka. 3. pangataging lindu titir, pangataging klein sasab bank desa Siring, sasab bhatara surya, sasab bhatara baruna, sasab hyanging wukir, wibawa angaturaken guru piduka, ring bhatara gunung agung, ring bhatara surya, ring bhatara baruna, mangde uriping bhuwana, lwiring guru piduka,: tumpeng guru, sasayut pemambeyan peras panyeneng, sasantun, makembaran soda putih kuning, mwah sasayut dirghayusa bhumi, nga, panulak maranapati, mwang durmanggalapati.

Ka. 6. Menekan Lindu titir, ika pangataging klein marana, rawuh kleinnya ngebus uyang gumigil, wwang altern akweh jatuh, Bhatara Suryageni ring akasa, maweh lara, I Bhuta Brahma ngungang, sasab Bhatara Surya, pakwih ikang wwang lara Kapanasan, mangke Teka-teki kewibawaan Jadma Kabeh, Angaturaken Pangenteg Urip, Ring Kahyangan Ring Sanggar, Lwirnya: Canang Daksina, Sarwa Putih Segar, Makembaran Soda Putih Kuning, Canang Putih dan Masekar Kuning sebagai gantinya.

Ka.7. Lindhu titir tertekan, dia banyak mengajarinya.

Ka.8. Pintu Lindhu ditekan, tiba-tiba hilang kering, akweh Wwang penuh kata-kata.

Ka.9. Lindhu titir diremas, kumebeng ikang tikus, ulun kabur dengan ritwannya.

Ka.10.Tekan Lindhu Titir, Hayu Ikang Tikus, Pangatagging Bhatara Mahyang Ring Manusha, Jyesta, Sadha, Penekan Lindhu Titir, Gering Makweh Tan Tinulungan.

Ka. 4. Ka. 5. Tekan Lindhu titir, watek dewata like joy, mahyang ring madyapada, yowana fishbhumi phalanya, tanding tinandur wredhi, ratu dharma rahayu.

Ling Bhatara Swamandhala, ring bhuh palaka ring rat, anggawe uriping bhuwana, ritatkalaning bhumi mendapat jaramarana rendah, salwiring rendah saya mati, aywa maren mapinunas urip hyang Bhagawati ri pangulu ning setra agung, ngrihinin mapinunas, go rawuh sasih, ka. 4, k. 5, k. 6, k. 7, k. 8, k. 9, wusan, asoroh mempersembahkan sila, daksina pras sega pangkonan iwak bawi, ingolah denasangkep, jadmane bei ngaturang papranian ring dalem, maka swang, satuwuk nangken sasih ka 6, ka. 7, k. 8, ring bale agung, mwang ring puseh, mngkanga ling sanghyang swamandhala munggwing sastra yang masih mangkana, doh ikang rendah marana menindas desa ika, hana bhatara swechandawegin desa ika, yan nora samangkana, karpet ikang manusa loka, kapara rendah marana, ring the bell Yuga Bhumi, Dewa Maraga Bhuta, Tan Sidha Pracaru, Sarwa Mahlar Maka Caru, Wus Mangkanga, Sarwa Pasu Maka Caru, Wus Mangkana, Macaru Sarwa Pasu, Sasab Sarwa Mahelar, I Bhuta Gagak Macucukageni, Nga, Sasab Sarwa Pasu, I Bhuta Garong , nga, sasab beberes, I Bhuta Kala Singha, nga, sasab manusa, Sang Hyang Kalantaka Mretyu, nga, andawut uriping manusa, samangkana lwirnya.

Iti Widhi Sastra, Sangkayan Niti Bhatara Druwaresi, Sira Mustikaning Dewa, Wil Sira Angurip Jagat, Amaeni Jagat, Will Tan Kawara Dening Bhatara Ring Martyaloka, Sahana Ning Dewata Nawa Sanga, Lima Dewa, Dewa Catur, Sang Hyang Tri Purusa, Cincin Aparhyangan Dewa Asing Rasatala, Yadyan Prasada Padasana Meru Firefly, Kakawasa Denira Bhatara Druwaresi, Sira Munggweng Swarga Surya Loka, Mwah Candra Loka, Sira Jiwaning Dewata Kabeh, Sira Humider mengamalkan Bhatara Surya Candra Mangetan Mangulon, Sira Maraga Siptaning Bhumi, Hala Hayu, Sira Maraga Sarwa Rupa, sarwa teja, sarwa tirtha, sarwa rupaning agni, sira nitah Bhatara kabeh, ring martya loka, Sang Hyang Brahma Wisnu Iswara, Siwa sadha Siwa paramasiwa, sira di ring Hyang Lembaga Druwaresi, sira maraga titah, karane ana Widhi Sastra, katama de Sang Hyang Empu Yogiswara, sira ta kramaning adalah kepala manusa rumah, dadi pekalonging jagat, sahelwaning bharatawarsa, yan ritekaning kali yuganing bhumi, prang sumelur, g ering ibu w eh, mahabhaya nikang tikus, salah wetu salah lihat, ika angadakaken rendah mageng, akweh paparitaning jagat, angajaraken alaning jagat, ndi hangadakaken dhurmanggala ning jagat, sira paduka bhatara druwaresi, sangkayan kalemahan dhurmanggala ning jagat, sira Yang Mulia bhatara druwaresi, sangkayan kalemahan sari - sari, mretan bhatara baruna olih manusah sabhumi, kahyanganira yang menindas, ring gumi maksya tan pegat kahili berdering dengan kelelahan, sawaning wong sadosa, bwangakni cincin lautan, manANGKAna prawerti ratu cincin madyapadha, kaplepekana weci malas bhatara Baruna , mahyun kapratistha Sang Hyang Sagara Sidha telah habis Kahyanganira Bhatara Baruna, Hana Tinitah Denira Bhatara Druwaresi, Upacara Malabuh,

dia berkata:

menguatkan pabangkit, matitimah wedus sapalaken, kadi berprilaku dalam upacara maslang, menggulingkan pabangkit asoroh, menguatkan pabangkit katuring hyang tengahing sagara asoroh, maduluran tabang madanadan, madudusa agung, angedagang tawang rong tiga sanggar,

ring tepining sagara, neduhang sahananing pangadegan Widhi ring sagara, sabhumi punpunanira swang, mwah katuring sagara, bwangakna ring samudra, bebek, ayam wedus, babi hutan, sampi, saha tegen-tegenan, maduluran suci, tatebasan, daksina, pras malih caru ring areping Studio Tawang, Kebo Kinelet, Dagingnya Ingolah Dadi, Tanding 40, Asu Bang Bungkem, Sata Amanca Warna, Bebek Belang, Studio Sami Ngareping Tawang,

pandhita ngrayunin, bhuda ring paselang,

mangkana kramanya ratu bhakti ri hyang arnawa, hayu ikang tikus kabeh, yanora samangkana yasanira sang adrewe gumi, yadyan ring jagat, pupug papalining hyang ring kentel bhuwana, ja nora lanjutkan makretti ri sanghyang arnawa, jatuh ikang tikus, apa kalane mangkana, krodha Hyang Baruna, Hyang Mina Rudra Hyang Nagaraja, Hyang Lembwara, Sira Anamburaken Wisyeng Jagat, Lautan Begitu Gelap, Gring Tan Pantara Anlugrubug, Saat Laraning Wwang Tiba-Tiba Kering Ditimpa Beruang, Tan Sidha Tinambanan, Makanan Asing Kenum Mesi Wisia, rusak ikang bhumi, makweh siptaning pejah, kagerringan, mangkana ratu, yan tan minahayu sagara, sang hyang sagara maka huriping, tikus, mangkaka kajejring aji, ling sanghyang dhruwaresi, munggwing aji, o.

Nyan paparitaning bhumi rusak, amanggih bhaya ratu, ana siptaning bhumi, apa salahnya, yan ana salwiring salah wetu, salah penampilan, sering wetunya mangkana, ika cihnaning jagat rusak, ideping wang salah krama akweh , net tan arbitrwaken, klein kabaya-baya ikang bhumi, ideping wang tan bhakti, terpti ring twan, uang receh ikang bhumi, prabhu nuhuk idep Kinarsa asing, mamanasi wadwa, jual daging wadwa meweh prih, pan keni kenining twan, hot ideping wwang kreśa , kukuwih kang janma, ideping twas satata angarcana gawe, juru pakolih ring, patah ikang tikus, haru hara ikang bhumi, ideping wwang kulang kaling, klein tan pegat, yadyan gawen upakara pambayuh bhumi, hyang karegedan olih bhuta, sarwa Sajikan katur ring Widhi , kalaraban dening lesu, widhi mur tan seperti mahyang ring bhumi, sarwa bhuta mawak dewa mawak kala, pangrubedaning bhumi gawen precaru seperti ambhukti caru, sumingkin Jenenek wehi bhukti, nora maren low ma ngalah, dening twara t Inilah Panundung Sakit, Mantra Wedha dan Mandi Data, Mangaka, Jurusan Sastra.


Mwah laraping jagat dipatahkan oleh Bhatara kalih, ndyata: sira Bhatara Druwaresi malingga mulia akasa, Sanghyang Anantasana ring sapta patala, pada dhuhka sira, ring sang munggweng andhabhuwana, riteka ning kali sanghara bhumi, Brahma amurti, sarwa Bhuta pisaca gananumadi fishgusa, horangumadi fishgusa tikus, tan balikur ikang wwang, amesehan terhadap kerabat, taskara sengit, ideping wwang amanda manadi twan, pramada ring the dharma, mwah paparitaning gumi, sarwa sato tan pinaka kali kali, mwah salah lihat, salah wetu, mwah sadhaka pralaya tan pakalingan, mwang kapaten paten, lindhu titir, wwang salah orang, tan katenger dening wwang coksa baksa idheping wwang, mantra tan mandi, wisia, marana. Letuh ikang bhūmi dicampur dengan tekeng rasatala, duhka Sanghyang Anantabhoga, katapak Gigir Nira dening Kasmala, Mapanas Gigir Nira, Molah ikuti, Kumeter Ikang Tikus, Angajaraken Hala Hayuning Jagat Mwang Sanghyang Muliaing Akasa, Paduka Bhatara Druwaresi, Sira Mustikaning Dewa, Sinembah Dering Dewata kabeh, sira uriping dewata, sira umider berperilaku Bhatara Surya ring akasa, done angulwan sadaka, dhuka anon ikang rat, harep amburaken bhuwana manusatala, anggawe hentyaning sang gumantya dewata madeg ring martyaloka, tekeng dhipaning jagat, ring manusha pada, apan panjadman kala kuningang ika wwang kabeh, tatan ana wewangian menekankan surya loka, kemudian menekankan sapta patala ring baruna sthana, chapelepekan aweci lesu, mwah capala pakata, tan ana pambayuning barunasthana, magleng bhatara druwaresi winentang lawasnira, makatungning astra, wisia kalakuta, tiiwaken ring mānusapada, ahli matematika raksasa, nga, bhuta brekala, tan pawak, kadi windu rupanya, masarira angina, apwi , toya, sira anga dakaken mengernyit, mati mendadak, yakita mengernyit, prana, nga: mati, jiwanya sudah tua, wakne dalem angganya, saran si bhūta bregala, bhūta ika ageng ageng, gawasta alit, kawasta mawak suksma, dadi angunduh jajroan sangagering meat, inwataken ring Sang Hyang Kala Mayapati, ika angadakaken low gerubug, mutah absen, weteng lara mawuwudesa, tan siddha tinamben, yan dīrghayusa jadma sabhumi nira, maren kataman low jaramarana, wibawa ratu punggawa sami, di Ring Guminira , Ngaksama Bhakti Nunas Urip, Cincin Baginda Bhatara Druwaresi;

Banten Katur Ring Akasa, Suci Lakshana, 2 Soroh, Maduluranjian, Itik Ginuling Jambul Putih, Makembaran Rayunan Kuning-Putih, Ikan Sarwa Keramat, Mwah Paduluranya Kabeh, Cecepan, Sajeng Denasuci, Lima Macam Wujud, Mwah Pasucian, Banten Gawira Panggung Panyawang , pangadegnya, 6 benang, magenah ring pangabhaktian sang ratu, bukannya rin sor menguatkan pabangkit asoroh, den agenep, sah tahap,

ring malih caru natar, iwak bawi, ji, 900 olah den agenep, dadi 99, ilohin panggung ika, ulun bawine tengah, malih iwak mahisha, olah den agenep, dadi 80 tanding, sangkui, 80, mastakaning mahisha ring tengah malih caru banten maolah den agenep, dadi 60 aduan, banten ring tengah, ikan sawah maduluran, ikan sagara, ikan gunung, malik mesa ingolah den agenep, dadi 40 aduan, mastaka ring tengah, asu bang gumam masambleh, sega sokan, toddy , tuak, Sega Agung, Pras Ceneng, Soul Panukun, Arta Aketi,

angastrenin panyawang sang pandhita, anggelaraken veda Dhruwathawa, bhatarane akasa mulia, brāhamana manih Buddha, anggelaraken weda pangastawan ring Bhatara anantabhoga. Malih pracaru ring sor, senggu angastrenin, weda purwa gumi, pangateg sarwa bhuta.


Malih pamyak low roomanan, Akeh meninggal, ca:

katipat kelanan, katur ring sagara, maduluran tegen-tegenan, masalaran bebek ayam, suci a soroh, tiwakakena ring sagara kabeh, mngkanga kajaring aji widhi sastra katama antuk sira empu kuran, yaitu majapahit.


Mwah laku semesta pecah, Bhatara Putrajaya Mantuk bersama Giri Sumeru, Sang Hyang Basuki Mantuk bersama Sagara, Sang Hyang Barunas Maraga, Sasab Ngawijilang minor, Bhatara Putrajaya Ring Basukih, Bhuta Aneka Warna, Suksma Mawanan Bhayu Bajra Mahantu Bajageni, Kruna Rupa, marambut agni, naka ganjira malela wresani, sumusuping angga manusa pejah kena sasab, untung agung alit yang bingung, nisya tan kabranan cincin bhuta, gumigil rendah, karahatan panas, mangkana panakiting wwang kena brahma, sasab bhatara baruna, bhuta pukul mahulu naga, tan pira kweh, angadakang kering, saksana mati, sasab metu karena surya loka, gruddha mendukung ruangan, ngamijilang sasab geni, kahudanan bule dimana dari kinum wisia geni, laraning wwang altern ngebus kapati pati, wwang kataman adalah kering , akweh mati tan tulungan, tan juang carunen, kemarahan sumingkin ring kerusuhan manusa sabhumi, Sasab Bhatara Yama, Bhuta Angga Langka, tan pira kwehnya, ring garbha sumusup, jaroning daging amangan Manusa, Gering Mutah Mising mati mendadak Tan Tinulungan, sastra Mangkana Lingning, teka-teki Mangke Sang Aji Bali, Mwah Witek Punggawa, Narcana Bhatara Siwaditya, Bhatara Siwageni, Bhatara Giri Jagatnatha, Tanya uriping Jagat, Ngambe Bhatara Putrajaya, Mangke Mantuk Maring Besakih, Makadi Hyang Basukih, sweca urip ring manusa dalam upacara adatnya:

sasayut pangambeyan, pras panyeneng rayunan putih kuning, sasayut dirghayusa bhumi,

Cincin Pinuna Bhatara Putrajaya Ring Basuki, Cincin Mapinuna Bhatara Basukih, Cincin Pinuna Bhatara Surya, Cincin Pinuna Bhatara Yama, Narcana Bhatara, Cincin Kahyangan Meru, Narcana Bhatara Surya Ring Sanggar Akasa, Narcana Bhatara Baruna Ocean Ring, Narcana Sang Hyang Basukih Nyayang, Narcana Bhatara Yama ring settragung, pada masuci daksina, sajanma kabeh maturan sasayut pager tuwuh, sinowang sowang, canang soda, bhatarane dank budding uriping jagate, samangkana lingira Bhatara ring akasa, munggwing Widhi Sastra, katama olih nira sangaji bali, ing kina kina.


Nyan Widhi Sastra tulis, jadi nithi Sang Hyang Swamandala, Sang Hyang Surya akasa, katama de sang ratu ing kina kina, jumeneng ring Bhumi Bharatawarsha, ritatkalaning bhumi nuju kaliyuga, Ratu ameseh Lawan Ratu, permadani kang ikang bhumi, tan ana tunggal rumaksa bhumi, Obah Ikang Rat, Tan Pegat Kagerringan, Rabah Ikang Wwang Kataman Gering, Larania Hot, Mati Makweh, Ri Gumi Nira sang Ratu, Aywa Wineh Anyekeh Sawa, Pendeman also Swang Swang, Nistha Madya Uttama Wangsa, Ne Tan untung Pinendem, Sang Pinandhita juga, aywa suwe ring greha, bhina sami tua juga, sangkane tan otoritas pandhita rikalaning antaka pinendem, apan the pandhita maraga surya, maraga geni, yan kedeh pwa ratu amandem pandhita, hit upadrawa ikang bhuwana agung, ratu tekeng, hot ikang rat, mawetu kali rugrag karpet ikang bhumi, ganti pandhita aja, mwah yan ana pampangku widhi, nora mapodgala, pendemen rings setra juga, yan nora mapendem, sarwa dewa moktah, tan mahyang ring ik sebuah desa, mur mantu k maring swarga, lumra sahananing marananusup ring kadatwaning ratu, apan guminira kagenahan sawa, like egar sarwa bhuta, amangan manusa, mwah sarwa bhuta gana pisaca dengan happy angambun śawa, sarwa dewar ring para kahyangan telas moksa mantuk maring swarga surya loka, ratu katama lara, olih para dewa, hyanging wukir mahameru prasada piduka, dening watek bhuta sama lugraha nusup sarwa sasab, mornahomah ring kahyangan sami, tekan kahyangan ratu, ngawisesa desa ika, ri sedeking bhumi kataman rendah, haywa angekes sawa ring wesma, pendeman juga, yan nora pendem proses tan papegatan low marana tek, mangkana lingira bhatara swamandhala, aja ima-ima,


Mwah yan ana kahyangan persembahan kepada para brahmana, mwang ratu, an sinambeh de ratu, yan ana pralinggan Bhatara ring kahyangan ika, masanding maparek tan marga maselat, ritekaning kapatian kurenan de mangku Bhatara, umur preteka, aja anglimari salek suwenya, yan ana lingkaran gumi bhaya, kinwan de sang ratu dohaken anyekeh wangke ika, tan kararaban kahyangan ika, yan pramahimba marep sama, dohaken wangke, yang anti pamrateka, mulih ring dunungania nguni aywa nyekeh sawa ring dunungan de mangku, suwe suwenya, leteh parhyangan ratu, arwah mangku angukung cemer, maparek, yan doh angekes sawa selat marga selat rurung, limang dina de mangku kena cuntaka, dadi de mangku ulah-ulih ring kahyangan, bertahta pasucian, yan de mangku nyekeh wangke ringhaus, salawase tan haruh -ulih ring kahyangan, yan tutu mabasmi, mwah cuntaka, wil mara ring kahyangan

Mwah memarahi juru kamera cilik, merebahkan orang tua hingga mati, makuweh sadesa-desa, aywa mreteka wangke, pendem juga, sawangsa menghina tengah madya utama, yadyan pamongmong widhi, yan nora masurudayu, kapatak siwa dwaranya de sang pandhita brahmana, dudu amangku Widhi uttama, juga Pengambil Empanada, Pendem Penguasa Brahmana Pandhita, Mangkana Ling Bhatara Putrajaya Jumeneng Ring Basukih, Aywa punggawa Ratu Cincin Bali, Amurug Kajaring Aji Iki, Phalanya Mur Fishang Widhi, Mantuk Maring Giri Sumeru, Aniwaken Upadrawa, Ring of Ratu Cincin Bali, Maweweh Gering Kamaranan Tan Pegat, Permadani Ikang Jagat, Sastra Mangkana Kajaring, ahlinya Sira Empu Kuturan, Jumeneng Ring Majapahit.


Nyan Prawesa Guminira sang Ratu, Katib Durmanghala, Lwirnya,

yan ana hyanglalah umanjing cincin kadatwanira sang ratu we kalaning hudans anginum tour ja ana samangkana iku oppress alpa yusa ratu cihna ning rusak pinahayu tua pilih dirghayusha aywa liwar pitung heri aniwaken caru yan liwar pitung heri tan prasida moktah wigna nira, mangkana kajaring aji , pracarunya;

Dimiliki oleh Tawang Rong Tiga Studio,

ring kadatwannya, mapanggungan agung, maguling pabangkit den agenep, ring keramat mungah sanggar tawang, 7 soroh, denasangkep, caru ring sor, maguling babangkit den agenep, carunya kebo, kambing, banteng, angsa, bebek belang, sedia aneka warna, tiningkah kadi Tawur Agung, Mangana Krama.


Mwah Yan Ana, Kijang Kijang Buronan, Malayu layu datang ke lingkar desa Pakraman, Umanjing Ring Umah, Mider Palayunya, Yan Ana Samangkana Lwirnya Dahat Mahala, desa Yatika Cihnaning Ika, Janma Katadah Kala, Karaning i Kidang Tinitah de Sang Hyang Kali Yuga, desa umanjing ring ika, desa apapan ika tan pajiwa tan pabhayu, tulia karana maha durgama, yan tan pinahayu, satata kawighnam ika desa, mapa laksananya, majengilan versus rowang, cerat cinorok sesekali lawan, matematikawan gumi ika patah, apan kacatreng kala, pamahayunya;

sanggar adegakena Tawang Rong Tiga, muntung Suci, 5 soroh, den agenep, tiningkah kadi madudus agung, caru ring sor, tiningkah lima kerabat denagenep, ring catuspata deśa ika genahing acaru.


Malih Ring Kahyangan, Dalem Puseh Bale Agung, Ngaturang Pangenteg, Lwirnya Suci Daksina, Rayunan, Pras Panyeneng, Maduluran Sasayut, Prayascita, Durmanggala, Aywa Sang Rumaksa Praja Tan Prajatna, Namel Guminira, Anggawe Kayowananing Bhuminira, Mangan Adab.


Ratu prawesaning patah, kataman durmanggala, lwirnya: yan sang ratu katibeng utpata, kahyangan pangabhaktyanya kapas, muah katibeng karubuhan taru, yan sira katekaning baya rendah, pati tengeranya samangkana.


Mwah ratu, ri ngawangun yadnya, amuja dewa, amuja pitra, katiban utpata, kalinus dening pawana, bayubajra wagyut rempakang umah, mwah linggih arcane widhi pitra ala kajaring aji sahabat. Mwang yan ana ratu ngawangun sarwa karya, minahayu dewa, pitra, katama bayubajra angrempakaken prasada, umah, linggih dewa, linggih pitra, yogya maprayascita, ngaturang utisaji, ri sira Bhatara Surya ring akasa, makadi ring Bhagawan Druwaresi, dening sira angga angideraken , kami .sira durmanggalaning bhumi, agelar sipta eng bhuwana.

Ana carunya;

Essen 2, Genep Saupakaraning Essen, Gedung Sanggar Tawang Panyawang, Lumekas dan guru Amuja Parikrama, Ngastawa Surya,

Mumi:

Om Suryaccanam dhruwam dewam, Surya sakalam sariram,

Brahma pawwatho bhaswaram, locanam jagat indranam,

Deva Guru Deva, Dhruwa Suryo Maharodrama,

mrettanam sudha bhuhlokam, sarwa nara pratistanam.

Om sidhi swasti ya namah.

Punch Sanghyang Surya Candra, Lintang Tanggana, Makadi Sira Bhatara Bhagawan Dhruwasakti, Nghulun Angaturaken Essen,

uripen, manusaninghulun, sidhaning karya-ninghulun,

tan amanggih upawara de Bhatara.


Nyan durmanggalaning ratu katibeng rendah kabaya baya apa lwirnya, yan ana kahyangan sang ratu, reruntuhan taru agung, matematikawan rusak, mwah ana cottonwan, mwah ana pralingga patung pengorbanannya, meruntuhkan cincin bangunan suci agung, karya mwah yan ana raja uttama, lwirnya, amuja dewa, amuja pitra, bhuta yadnya, katibeng bayu bajra, rempak karpet wawangunan, yan ana sang ratu katibeng utpata mANGkana, tanurung amangguh baya low room, pinihayu tua, wangunen studio akasa panyawangan ring tumult ;

Persembahan Keramat Genep 2 Soroh, Sajian Mwah Banten Durmanggala, Sasayut Prayascita, Sarwa Sama Suci, Muntung Mas, Seru Tambaga, Seru Salaka, Sami Madaging Tirtha Empul,

Post a Comment