Percaya Atau Tidak! Ini Larangan Suami Saat Istrinya Hamil Menurut Hindu - Payana Dewa
Notifikasi

Loading…

Percaya Atau Tidak! Ini Larangan Suami Saat Istrinya Hamil Menurut Hindu

Percaya Atau Tidak! Ini Larangan Suami Saat Istrinya Hamil Menurut Hindu

Masyarakat Hindu di Bali hingga saat ini masih banyak yang kita lihat melaksanakan tradisi budaya yang dipercaya dan dilaksanakan dengan benar dalam tradisi turun-temurun. Namun, disisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak lagi menjalankan tradisi tersebut dengan berbagai alasan. Dan ada juga yang “sekedar” melaksanakan tradisi-tradisi ini tanpa memahami secara mendalam maksud dan tujuan dari tradisi tersebut. 


Banyak tradisi warisan leluhur Bali yang hingga saat ini masih dilaksanakan dengan benar. Tetapi magsudnya mungkin sebagian belum tau. Seperti contoh, ketika Istri Anda sedang hamil, maka Anda tidak akan memotong rambut dan dibiarkan panjang. Tapi banyak juga Orang Bali yang kurang mengerti apa maksud dari tradisi Manusa Yadnya tersebut. 

Setiap Negara, pulau maupun suku di dunia ini memiliki pantangan-pantangan yang disebut “Tabu” didalam ilmuwan Anthropologi. Ada “Tabu” yang bisa dilacak sejarahnya, ada juga yang tidak. Misalnya saja di Bali ada tradisi “Tabu”:

  • Berpergian atau bermain disaat matahari terik (jam 12) yang disebut “jejeg surya”
  • Jika bepergian atau bermain pas pada pukul 12 siang hari, maka menurut kepercayaan orang, orang tersebut akan di segap (Engkebin Memedi). 
Selai itu, ada tabu (maketus) mengajak anak yang belum tanggal gigi ke Pura Luhur Batu Karu.

Dulu pernah ada anak yang belum tanggal gigi di Bali dan diajak tangkil ke Pura Luhur Batu Karu, kemudian hilang, dan tidak dapat diketemukan lagi. Saat meluasan (ditanyakan) kepada “orang pintar (balian)”di Bali kejadian ini diartikan sebagai tanda bahwa alam niskala melarang orang tua mengajak anaknya yang belum tanggal gigi ke Pura Luhur Batu Karu. Seperti itulah tradisdi Budaya Bali yang sangat kuat dan dijalani sampai sekarang oleh masyarakat yang masih mempercayainya.



Dan khususnya yang berkaitan dengan kehamilan, masyarakat Bali juga mengenal berbagai pantangan. Secara umum pantangan buat Suami apabila saat Istrinya hamil adalah: 
  • Jangan pergi mancing
  • Jangan menjelekkan, menghina
  • Merendahkan orang lain
  • Menyiksa binatang
  • Makan/ minum berlebihan apalagi sampai mabuk
  • berjudi



Didalam Lontar Kanda Pat Rare, juga disebutkan sekilas tentang pantangan untuk suami apabila istrinya sedang mengandung, diantaranya: 
  • Tidak boleh membangunkan istri yang sedang tidur
  • Tidak boleh melangkahi (ngungkulin) istri yang sedang tidur
  • Pada saat si istri yang sedang hamil itu makanーjangan dilarang anglawatin (membayangi dengan bayangan badan) terhadap nasi atau makanan yang sedang dimakannya

Adapun alasan melakukan hal tersebut dikarenakan pada saat istri tidur, ia mendapat hubungan pemeliharaan secara gaib dari para Dewa, kala dan pitara (roh leluhur), agar bayi yang dikandungnya itu dapat hidup dan selamat.

Dalam Lontar yang sama diyakini bahwa, perkembangan bayi berkaitan dengan penstanaan para dewa di tubuh bayi, demikian juga para leluhur mulai berhubungan dengan bayi Anda.

Keyakinan ini adapula juga didukung oleh lontar agastya prana, dasa aksara, serta keyakinan bahwa TUHAN meresap pada setiap ciptaannya.

Untuk menghormati beliau yang sedang berhubungan dengan pembentukan bayi dalam kandungan, hendaknya suami menghormatinya dengan cara tidak melangkahi ataupun membangunkannya dengan mengkejutkan pada saat istri Anda tidur.

Selain dari kutipan diatas, dalam Lontar Eka Pertama juga disebutkan beberapa sikap untuk suami, sebagai kepala rumah tangga pada waktu istri hamil. Seorang suami yang seharusnya melakukan swadharma agar menurunkan anak yang baik (dharma putra), yaitu tidak diperkenankan: 
  • Memotong rambut
  • Membangun rumah
  • Menyelenggarakan pengangkatan anak
  • Membuat tambak (empang) 
  • Membuat pagar rumah atau pagar ladang
  •  Memperistri wanita lain, selingkuh. 

Dari arangan-larangan diatas berlaku bagi suami tersebut, konon merupakan petuah dari Bhatara Brahma yang disampaikan kepada Bhagawan Bergu.

Yang seharusnya/ wajib dilakukan saat Istri Anda Hamil: 
  • Membuat perasaan istri tenang/ damai/ aman/ terlindungi Melakukan derma (Drwya Yadnya – dana punia) 
  • Rajin sembahyang, bersamadhi, bermeditasi Membaca Mahabharata Saat usia kehamilan istri Anda 7 bulan
  • Adakan upacara megedong-gedongan (kalau mungkin/ bisa) jika tidak, sembahyang biasa ditujukan kepada Bhatara Guru (Sanghyang Widhi) mohon keselamatan bayi dan ibunya.

Mengendalikan panca indria, bila mampu berpuasa setiap bulan purnama dan tilem. Dimana Atma/ roh leluhur masuk segera setelah terjadi pembuahan di dalam rahim ibu.

Sering bersamadi dan berjapa, menyebutkan nama Sanghyang Widhi berkali-kali sesuai dengan jumlah japamala, atau mengucapkan mantra Gayatri satu bait berulang-ulang sambil duduk berjapa.

Memang seharusnya kita pikirkan saja secara logika saja . saat istri hamil suami seharusnya juga ikut “untuk mengkonsentrasikan” segala perhatiannya (bertapa brata) agar bayi dalam kandungan istrinya dapat tumbuh dengan sebaikbaiknya sampai

Apakah sangsinya, jika larangan diatas itu dilanggar? Apabila suami melanggar larangan-larangan tersebut, maka akan mendapat ketukan para Dewa, Kala dan Pitara. Si istri mungkin bisa mengalami keguguran, bayinya mati dalam kandungannya sulit waktu melahirkan, kemerosotan keyakinan (iman) pada anak dan sebagainya.

Adapula, pada saat istri Anda hamil, bila ia sedang makan, hendaknya jangan diajak bicara, apalagi diberi kata-kata kotor, kasar, keras yang membuatnya tersinggung dan sakit hati. Karena,pada saat itu Sang Hyang Urip sedang bersemayam pada orang yang sedang makan.

Dari stulah sebabnya kemudian muncul mitos yang mengatakan, tidak boleh membunuh orang yang sedang makan, walaupun dia seorang penjahat atau musuh sekalipun.

Oleh sebab itu, untuk suami-istri agar semua pikirkan, perkataan dan perbuatan, diarahkan pada ajaran-ajaran kebajikan (dharma), agar terhindar dari malapetaka, baik bagi mereka berdua, maupun anak yang dikandungnya.

Untuk sang istri yang sedang hamil, agar suka mendengarkan sekaligus melaksanakan nasehat-nasehat, membaca kitab-kitab bertuah seperti cerita kepahlawanan, bermacam-macam sesana (peraturan tingkah laku), memeriksakan kesehatan jasmaninya, memperhatikan makanan yang sehat dan bergizi dan sebagainya.

Semua aktivitas yang baik itu akan berpengaruh, dan menurun pada anak atau karakteristik bayinya nanti.

Sedangkan untuk sang suami hendaknya ikut pula menjaga kedamaian dan kerukunan rumah tangga, terutama terhadap istrinya yang sedang mengandung. Suami harus sigap, jika ada beberapa kegiatan yang perlu mendapat perhatian, dari suami saat istrinya hamil.

Coba kita cari lagi contoh mengenai aktivitas yang hendaknya tidak dilakukan selama istrinya hamil. Seperti:
  • Jangan mencambuk sapi tatkala bekerja di sawah
  • Tidak boleh ngetok lait, atau menyumbat segala bentuk lubang (sombah), karena menurut kepercayaan, semua perbuatan itu akan membawa efek yang kurang baik bagi calon anaknya


Ada lagi tradisi dimana menancapkan turus saat istri hamil pada jaman modern ini mungkin sudah hilang.

Untuk yang paling sering dilakukan suami pada saat istrinya hamilーpantangan cukur rambut masih seringkali ditaati para lelaki walaupun mereka mungkin tidak tahu mengapa.

Mungkin saja sang suami melakukannya saja untuk berjaga-jaga.

Meskipun juga di zaman sekarang ada banyak calon ayah yang tidak mempraktekkannya tabu pantang cukur rambut lagi, makna yang terkandung di dalam tabu ini mereka lanjutkan dalam wujud lain.

Contoh kecil saja, misalnya sang suami ikut aktif merawat kesehatan fisik dan psikis sang istri.

Mengartikan kasih sayang dengan menjaga perasaan istri jangan sampai terluka oleh perbuatannya atau kata-katanya, melayani istri terutama menyangkut soal-soal merawat kehamilannya, mencurahkan kasih yang lebih khusus pada sang istri, dan memberikan tuntunan kerokhanian

Jaga Perasaan  Istri Dengan Sebaik-baiknya

Mungkin saat ini Orang Bali sudah melupakan tradisi ini,sehingga banyak larangan (tabu) yang dilanggar, sebagai akibat umumnya adalah "tabiat anak" yang kurang bisa dikontrol, sehinga bila terjadi kemerosotan iman, sangatlah wajar,

Sebanya orang tua sianak sendiri kurang memahami dan kurang mau membaca tutur bali.

Demikianlah sekilas tentang pantangan buat suami saat Istrinya sedang hamil, semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda semua.
Post a Comment