Besarnya Dosa Selingkuh Menurut Hindu, Baca Dulu, Mungkin Anda Tidak Jadi Melakukannya - Payana Dewa
Notifikasi

Loading…

Besarnya Dosa Selingkuh Menurut Hindu, Baca Dulu, Mungkin Anda Tidak Jadi Melakukannya

Payanadewa.com memang indah saat masa berpacaran, cinta yang menggebu-gebu dan begitu besar bahkan seakan-akan mungkin tiada batas, tapi perlahan namun pasti terasa “memudar” saat mereka berumah tangga atau terikat dalam ikatan perkawinan. Bertambahnya umur, kesibukan mengurus rumah tangga dan anak, membuat kecantikan sang istri tampak memudar. Sang suami yang sibuk dalam pekerjaannya, terkadang dengan berbagai tekanan, hingga sering lupa memberi perhatian kepada sang istri. Saat situasi seperti ini seringkali pasangan mencari pelampiasan di luar rumah. Sang suami ingin menginginkan wanita yang senatiasa cantik, lalu menjalin hubungan dengan perempuan lain. Sang istri yang ingin diperhatikan, berusaha memperoleh perhatian dari lelaki lain, yang menurutnya memberikan rasa bahagia. Inilah awal sebuah perselingkuhan dan goyahnya biduk rumah tangga. Namun sejatinya ada banyak sekali faktor penyebab yang mengawali terjadinya perselingkuhan.

Sekarang ini, perselingkuhan adalah sebuah kasus dan cerita yang marak di masyarakat, dan mungkin bisa dikatakan lagi trend. Kasus ini tidak sekadar terjadi di daerah perkotaan, namun juga di pelosok desa. Tidak sekadar di kalangan berada, kalangan artis, tapi juga kalangan masyarakat biasa.

Selingkuh atau dalam bahasa bali disebut dengan istilah memitra adalah salah satu penyebab utama hancurnya sebuah rumah tangga. Di zaman modern yang serba cepat, instant serta sibuk ini, banyak pria dan wanita yang sudah terikat dalam sebuah ikatan pernikahan, baik secara agama maupun hukum, tidak mampu memegang teguh ikatan dan janji pernikahan yang mereka nyatakan sendiri dalam ritual upacara dengan Tuhan dan masyarakat sebagai saksinya. Banyak dari mereka yang kemudian terjerumus atau malah menjerumuskan diri dalam kegiatan mencari kepuasan fisik jasmani, memuaskan nafsu seksualnya dengan mereka yang bukan pasangan sahnya.

Sebuah kutipan dari lontar Adi Parwa, mengenai hukum dan dosa seseorang yang melakukan perselingkuhan, dalam Adi Parwa dikatakan;

Yan hana ta pwa stri majalun hana swaminya. Bhrunahatya kretam param. Salwiring papaning brunahatya tinemunya, pada lawan papaning amati rare jro weteng patakanya. Mangkana prawrettinya. Mangkana tekang jalu-jalu yawat yan hareping stri patiwrata, mahyuna ring stri brahmacari kunang, mangguhakena brunahtya, papa tinemunya”.

“Jika ada seorang wanita yang sudah bersuami, melakukan hubungan intim dengan laki-laki lain. Bhrunahatya kretam param. Berbagai dosa siksa neraka akan didapatkannya, sama halnya dengan dosa siksa neraka menggugurkan bayi dalam kandungan. Demikian pula bagi para lelaki, yang menginginkan(bernafsu, ingin memiliki istri orang lain) seorang istri yang setia kepada suaminya, menginginkan wanita yang brahmacari, akan mendapatkan neraka yang sama dengan dosa siksa neraka menggugurkan bayi dalam kandungan”

Seorang wanita yang sudah bersuami, hendaknya tidak menginginkan lelaki lain, begitupun sebaliknya, seorang lelaki yang sudah beristri hendaknya jangan menginginkan wanita lain. Seorang laki-laki baik lajang ataupun sudah beristri hendaknya tidak berusaha merayu seorang wanita yang sudah bersuami, apalagi jika wanita tersebut adalah seorang wanita yang setia pada suaminya. Perbuatan seperti ini dianggap sama dosanya dengan menggugurkan bayi dalam kandungan, dan dosa menggugurkan bayi dalam kandungan sangatlah besar.

Ternyata besar sekali dosa selingkuh tersebut, hingga almarhum Ida Pedande Gunung, mengatakan bahwa dosa selingkuh tidak ada penglukatannya. Namun ternyata banyak orang yang melakukannya, bahkan dijadikan hobi. Kenikmatan sesaat dan petualangan yang didapat dari perselingkuhan tersebut ternyata mengalahkan rasa takut akan dosa neraka. Mungkin inilah pengaruh zaman Kaliyuga, zaman kegelapan bathin, dimana hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama banyak digemari dan malah dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan lumrah.

Sumber (Ganapatyananda) gedetoya.blogspot.com iwayanwijanegara.com masterleakbali.com