Semua Manusia Memiliki Jalan Perjuangannya Sendiri - Payana Dewa
Notifikasi

Loading…

Semua Manusia Memiliki Jalan Perjuangannya Sendiri


Minggu ini saya menonton tiga film yang memberikan pelajaran sama yaitu "Semua Manusia Memiliki Jalan Perjuangannya Sendiri Dalam Menjalani Hidup." 

Saya tidak tahu kenapa film yang berbeda memberikan pelajaran yang sama dan kebetulan saya tonton ketiganya dalam waktu yang hanya berbeda beberapa hari saja.

Film pertama yaitu film yang sedang jadi berbincangan banyak orang Avengers: Endgame. Film kedua A Beautiful Mind dan yang ketiga Temple Grandin.

1. Avengers: Endgame

Saya tidak akan menceritakan secara utuh jalan cerita film yang disarankan untuk tidak di spoiler ini, saya hanya mengambil pelajaran berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.

Seperti film superhero lain di film Endgame ini juga terjadi pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Semua superhero besutan Marvel Studios keluar di film ini. 

Tiap superhero memiliki perjuangannya sendiri bertempur melawan kejahatan agar kehidupan di bumi bahkan di semesta tetap berlangsung.

Sepanjang pertempuran saya ikut ngos-ngosan dan merasa capek dengan perjuangan berbeda setiap superhero yang ada. Ada yang menyelamatkan sesuatu, ada yang bertempur dengan pasukan, ada yang bertempur dengan penjahat utama. Semua memegang peranan penting dan memiliki perjuangannya sendiri.

Memang para superhero itu bahu membahu tetapi utamanya mereka memiliki perjuangan sendiri dalam pertempuran. Hal ini memberikan pelajaran bahwa dalam hidup harus mau menjalani dan menghadapi perjuangan menghadapi kesulitan walau ada orang sekeliling yang akan membantu.

2. A Beautiful Mind

Film ini sudah beberapa kali saya tonton tetapi saya tidak bosan untuk melihatnya. Film yang di rilis pada tahun 2001 ini buat saya sangat menginspirasi terutama dalam hal menghadapi kesulitan hidup.

Film yang dibintangi oleh Russel Crowe, Jennifer Connelly adalah film biografi berdasarkan buku A Beautiful Mind karya Sylvia Nasar.

Bercerita tentang perjuangan John Nash (Russel Crowe) dan istrinya Alicia Larde (Jennifer Connelly) yang berjuang melawan "skizoprenia" yang di derita Nash seorang jenius di bidang matematika sehingga tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan.

Alicia sang istri adalah orang yang gigih mendorong Nash agar tidak menyerah oleh skizoprenia hingga membuahkan hasil Nash mendapat penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi tahun 1994.

Bisa dibayangkan kesulitan yang dihadapi baik oleh Nash yang berjuang melawan skizoprenia nya dengan menafikan tokoh khayalan yang ada dalam pikiran Nash seperti Herman sang teman sekamar saat kuliah di Princeton, Marcee yang merupakan keponakan Herman dan Parker penghubung agen pemerintahan dalam memerangi konspirasi.

Alicia sang istri juga tidak ringan dalam berjuangnya.  Alicia berjuang membantu agar suami jeniusnya tidak dikalahkan oleh skizoprenia.  Film ini menegaskan tiap orang memiliki perjuangannya sendiri.

3. Temple Grandin

Untuk film Temple Grandin saya baru menonton tidak seperti film A Beautiful Mind yang sudah berkali-kali saya tonton. Film yang dirilis pada tahun 2010 ini pun sangat menginspirasi terutama tentang perjuangan dalam menjalani hidup.

Seperti film A Beautiful Mind, film Temple Grandin ini juga sebuah film drama biografi. Yang dimana dibintangi oleh aktris Claire Danes sebagai Temple Grandin dan Julia Ormond sebagai Eustacia yang merupakan ibu dari Temple.

Jika A Beautiful Mind berjuang menghadapi skizoprenia dalam film Temple Grandin berjuang melawan autisme. Nash berjuang didampingi sang istri maka Temple berjuang didamping sang ibu.

Temple Grandin adalah seorang wanita yang didiagnosa autis sejak usia empat tahun. Diceritakan bagaimana perjuangan Temple menghadapi kesulitan hidup didorong ibunya yang tidak pernah putus asa mendorong agar Temple tidak menyerah dan kalah oleh autis yang dideritanya.

Perjuangan yang tidak sia-sia hingga akhirnya Temple yang autis bisa merevolusi praktik-praktik penanganan ternak manusiawi di peternakan dan rumah pemotongan hewan.

Temple bahkan bisa sampai taraf menjadi seorang profesor dan menjadi pembicara untuk mengedukasi orang lain tentang autis.

Kutipan yang menginspirasinya, "Saya memang berbeda tetapi bukan berarti tidak mampu."

Tiga film itu memberikan pelajaran bahwa hidup itu memang bersanding dengan kesulitan sehingga semua orang memiliki perjuangannya sendiri dalam menjalani hidup.

Kesulitan ada bukan agar hidup menjadi kungkungan penderitaan dan kesengsaraan tetapi justru kesulitan ada agar bisa meningkatkan kualitas hidup yang dijalani.
Jadi saat berada dalam kesulitan yang diharapkan adalah sabar dalam menjalani, menghadapi dengan sikap terbaik dan yang terbesarnya adalah berserah diri serta menggantungkan segala sesuatunya hanya kepada Yang Maha Kuasa.

Semua orang hidup harus mau menghadapi kesulitan. Semua orang memiliki perjuangan hidupnya masing-masing. Yang tiap kesulitannya sudah ditakar bahwa pasti bisa dilalui dan sanggup menghadapinya.

Tinggal kesulitan itu akan mengubah yang tertimpa menjadi lebih baik dan kualitas hidupnya meningkat seperti contoh film di atas, atau malah menghancurkan dan menghinakan karena salah menyikapi dan menghadapinya.

Senangnya membuat sesuatu dan bisa menginspirasi orang lain seperti film-film itu. Mudah-mudahan suatu saat bisa jatuh gilirannya ke saya bahwa tulisan atau karya yang saya hasilkan menginspirasi, berguna, dan tentu jadi ilmu yang bermanfaat sehingga menjadi contoh kebaikan dan sebagai bekal kepulangan saya kelak.
Post a Comment