Notifikasi

Loading…

Beda Nasib Pekerja Bangunan Luar Negeri dan Indonesia

Beda Nasib Pekerja Bangunan Luar Negeri dan Indonesia


Di sini, bahwa untuk pekerjaan membangun, hanya diizinkan mulai dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam, pada hari Senin hingga hari Sabtu. Sedangkan pada hari Minggu dan hari libur lainnya, tidak diperbolehkan untuk melanjutkan pekerjaan membangun. Hal ini adalah untuk menjaga agar warga di sekitar tidak terganggu menikmati hari libur bersama keluarga.

Tapi hal ini berlaku di Perancis. Kebetulan pembangunan rumah berada persis di samping kiri dan kanan, dimana saya bertempat tinggal di apartemen Bournz Le Reine, di kawasan Paris Barat. Disini kehidupan privasi setiap orang menjadi prioritas utama. Kalau ada tetangga yang melakukan kegiatan yang dirasa mengganggu, cukup telepon ke Dinas Sosial dan selanjutnya petugas yang akan menghubungi pemilik rumah yang bersangkutan.

Jadi antara kita dengan tetangga tidak perlu saling cekcok dan adu omongan. Contohnya, ketika di rumah ibu mertua. Mertua saya memelihara ayam dan ayam tersebut berkokok hampir sepanjang hari, maka salah satu tetangga menelpon Dinas Sosial dan ibu mertua saya mendapatkan teguran tertulis. Yang isinya, bahwa di perumahan tidak diizinkan memelihara ayam dan kalau ayam masih juga berkokok, maka setiap kali berkokok, akan di denda 190.11 Euro atau setara 3 juta rupiah. Maka jalan terbaik bagi ibu mertua saya adalah memberikan ayam tersebut kepada temannya yang tinggal di luar kota atau menjadikan-nya sebagai ayam goreng.

Tulisan awal diatas sesungguhnya sudah sedikit keluar dari judul tulisan, tapi tidak ada salahnya. Kembali ke topik pembahasan, perlu diketahui tentang upah buruh bangunan di Perancis. Untuk jelasnya, saya kutip sebagian aturan yang berlaku, sebagai berikut: Gaji rata-rata tukang bangunan adalah sekitar 35.76 USD atau 31.68 Euro, setara 500 ribu rupiah, per jam, tergantung ke-ahlian masing-masing tukang. Sehingga penghasilan selama satu bulan berkisar sekitar 6-7 ribu dollar. Karena itu, di Perancis, Profesi Tukang Bangunan atau Tukang Las, tidak dianggap sebagai pekerjaan rendahan. Malahan rumah Tukang Batu bisa jauh lebih bagus, ketimbang rumah seorang Insinyur. Tidak seorangpun pekerja yang diizinkan masuk ke lokasi dimana sedang berlangsung pekerjaan membangun, bila tidak mengenakan helm standard dan sepatu bot, untuk menjaga keselamatan mereka. Rata-rata mereka datang ke lokasi pekerjaan dengan mengemudikan kendaraan pribadi.

Menyaksikan betapa keselamatan para Pekerja menjadi prioritas utama dan juga cara menghargai privasi warga, mengingatkan kita akan buruh bangunan di negeri kita. Sebelum mulai dengan pekerjaan membangun, maka yang pertama dilakukan adalah mendirikan "Toilet Portable" di halaman rumah yang akan di bangun. Sehingga kebutuhan ke toilet para pekerja bisa disalurkan ke Toilet Portable.

Jadi pekerja bangunan tidak diperbolehkan menggunakan toilet rumah yang dibangun. Apalagi sampai melakukannya, sambil sembunyi di balik pohon atau di pinggir kali. Hingga saat ini belum terdapat kabar, ada yang nekat melakukannya. Karena bisa didenda 1.000 Dollar dan diberhentikan dari pekerjaan. Sama Sama Tukang Tapi Beda Nasib Bila membandingkan dengan nasib para tukang bangunan di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa, walaupun sama-sama Tukang Bangunan, tapi nasib mereka sangat jauh berbeda. Rasanya belum pernah menengok ada Tukang Bangunan di Indonesia yang datang dengan kendaran (mobil) pribadi, kecuali Mandornya. Apalagi bila membandingkan rumah tinggal mereka. Berbeda bagaikan langit dan bumi.

Disini rumah Tukang Bangunan lengkap dengan perabot rumah tangga dan di garasi berjejer mobil pribadi milik Tukang Bangunan dan kendaraan yang digunakan istrinya dan anak mereka.

Profesi boleh sama, tapi garis telapak tangan membedakan nasib mereka.
Post a Comment