Makna Tumpek Landep dan Filosofinya - Payana Dewa
Notifikasi

Loading…

Makna Tumpek Landep dan Filosofinya


Makna Tumpek Landep dan Filosofinya
Ilustrasi photo via baliplus.com

Pulau Bali terkenal akan kekayaan Budaya dan tradisi dalam ajaran agama Hindu. Salah satu budaya dan tradisi tersebut adalah Tumpek Landep. Tumpek Landep adalah hari dimana umat Hindu Bali memuja Sang Hyang Siwa Pasupati yaitu dewaya taksu. Hari Tumpek Landep merupakan rentetan setelah hari raya saraswati. Dimana umat Hindu Bali melakukan puji shukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan yang maha esa) atas berkah yang diberikannya dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati.

Makna dari Tumpek Landep

Tumpek Landep jatuh setiap saniscafa/hari sabtu Kliwon Wuku Landep, dalam hitungan kalender Bali, hari raya ini selalu diratakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek sendiri berasal dari kata “Metu” yang artinya bertemu dan “Mpek” artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri dengan kliwon sedangkan Sapta Wara diakhiri dengan Saniscara (Sabtu). Sedangkan Landep sendiri diartiktkan tajam atau runcing, maka dari itu, beberapa pusaka yang beraifat tajam dan runcing di upacarai seperti, pisau, keris dan lain-lain.

Senjata tajam dan runcing sudah meluas artiannya. Tak hanya pisau, keris, benda-benda seperti elektronik, kendaraan seperti mobil, motor juga ikut di upacarai. Namun, ada beberapa hal yang perlu diketahui dan tidak boleh disalah artikan, dalam konteks ini Tumpek Landep adalah memberi sesajen atau mengupacarai benda-benda berupa tajam dan runcing seperti arti dalam tumpek landep tersebut.

Filosofi Tumpek Landep

Landep yang berati tajam mempunyai filosofi bahwa tumpek landep merupakan tonggak penajaman, citta, budi, dan manah (pikiran). Dengan demikian umat akan selalu berpikiran yang tajam, jernih, dan landasan nilai-nilai agama. Dengan pemikiran yang tajam, jernih dan suci umat dapat membedakan mana yang bagus atau sebaliknya.

Tumpek Landep murupakan tonggak mulat sarira atau intropeksi diri untuk memperbaiki perbuatan untuk mencapai nilai-nilai suci dalam ajaran agama. Saat hari Tumpek Landep umat Hindu Bali hendaknya melakukan persembahyangan di sanggah/merajan serta ke Pura (tempat suci) untuk memohon kepada Sang Hyang Pasupati agar diberi kerajaman pikiran sehingga menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Pada hari raya Tumpek Landep juga dilakukan pembersihan dan penyucian senjata warisan leluhur.

Menurut Ida Pedanda Made Gunung dalam darma wecananya, sesungguhnya upacara terhadap motor, mobil dan elektronik lainnya lebih tepat dilaksanakan pada tumpek kuningan, sebagai ucapan shukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugrahnya, sarana dan perasrana agar mempermudah aktifitas umat, serta memohon agar kendaraan tersebut dapat berfunsi dengan baik dan tidak mencelakakan.

Kesimpulan

Menurut kami pada hari raya Tumpek Landep hal yang paling penting dan utama adalah mengasah pikiran cita, budi dan perulaku yang tajam, setidaknya kita dapat memerangi kebodohan, kegelapan, kesengsaraan untuk menjadi yang lebih baik.
Post a Comment