Notifikasi

Loading…

Desa Sumita Gianyar Terkenal Karena Ukirannya Yang Memukau

Ukiran Bali merupakan sebuah seni karya yang memiliki seni estetika yang tinggi. Di Bali tempatnya di Desa Sumita adalah Desa yang 80% masyarakatnya menggeluti bidang seni ukir. Dan kualitas ukiran di desa ini sangat memukau. Para pemahat di desa ini banyak memiliki motif ukiran yang berbeda dari di daerah lainnya di Bali. Ornamen-ornamen ukiran mereka sangat halus dan hidup. Tidak mengherankan bahwa orang-orang di seluruh Bali, Indonesia maupun dunia, seringkali menata ukiran mereka untuk menjadi penghias istana mereka.

Bagian yang membuat ukiran-ukiran di desa ini unik adalah ornamen dengan motif bunga yang berbeda dari daerah lainnya. Ornamen bunga dengan gaya hias Cina, punggel, dan karang pandil. “Sebagai seorang pengukir mereka juga menciptakan ukiran baru seperti layaknya seorang pelukis, mengekspresikan imajinasi mereka dengan membuat benda mati menjadi hidup. Semua pengukir kayu di Desa Sumita mempunyai bakat artistik yang luar biasa dan tidak pernah bekerja sembarangan.

Pengukir di Desa Sumita sangat tekun dan sabar untuk menghasilkan karya seni yang tinggi. Karya-karya ukiran ini dibuat khusus untuk bangun-bangunan tradisional Bali yang termasuk panel pintu gebyok, gedong, bale dangin. Ukiran ini juga dibuat untuk tempat suci seperti di Pura-pura. Desa Sumita hidup selaras dengan ketekunan masyarakatnya dengan menjadi pemahat kayu yang sukses.

Desa Sumita Gianyar Terkenal Karena Ukirannya Yang Memukau

Ukiran Kayu Desa Sumita

Selain motif bunga, motif panel juga termasuk juga karakter Ramayana, seperti Sugriwa-Subali, dan Mahabarata, seperti tokoh Pandawa. Kayu yang digunakan dalam ukiran ini adalah kayu jadi secara khusus dibawa dari luar Bali. Kayu Nangka, dan Kayu Cempaka juga digunakan untuk panel pintu. Ukiran lainnya dibuat dari kayu bengkirai, merbau, kamper, dan kayu lainnya.

Desa Sumita terdiri dari enam Banjar yaitu Mulung, Sema, Pande, Tengah, Siih, dan Melayang. Dengan memiliki populasi sekitar 480 keluarga- 80% diantaranya bekerja sebagai pengukir/pemahat kayu. Ukiran di desa Sumita mulai berkembang pada tahun 1990-an dan hampir semua anak-anak, remaja, orang tua pria dan wanita disini piktar mengukir. “meskipun semua orang di desa ini bisa mengukir , 80% mencari nafkah dengan menjadi pengukir, sementara sisanya bekerja sebagai pegawai negeri,wisata, dan sebagai petani dan pekerjaan sampingan lainnya.

Menarik Nya, meskipun banyak pemahat disini yang belajar sendiri dan beberapa telah memiliki yang diwariskan kepada mereka atau mempelajari di sekolah seni, hasil ukiran mereka hampir sama.